Purwokerto (ANTARA) - Kepala Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional 3 Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta Soemarjono mengimbau masyarakat untuk mewaspadai penipuan dengan modus sniffing yang marak dalam beberapa waktu terakhir.

Dalam kegiatan "Journalist Class Angkatan 6" yang diselenggarakan OJK di Yogyakarta, Senin-Selasa (26-27/6), Soemarjono mengatakan sniffing merupakan tindakan kejahatan penyadapan oleh peretas (hacker) yang dilakukan menggunakan jaringan internet dengan tujuan utama untuk mencuri data serta informasi penting seperti username dan password m-banking, informasi kartu kredit, password email, dan data penting lainnya.

Menurut dia, modus-modus sniffing yang berkembang saat ini tidak hanya melalui laman internet atau website, namun sudah menggunakan aplikasi berekstensi apk yang disebar oleh peretas melalui perangkat telepon pintar berbasis Android.

"Jika terlanjur klik modus-modus sniffing, segera hubungi call center bank untuk blokir rekening serta ganti PIN dan password, kemudian matikan mobile data dan wifi di perangkat, dan hapus serta blokir mobile banking, juga kembalikan format ponsel ke setelan pabrik," jelasnya.

Ia mengatakan hingga 12 Juni 2023, OJK telah menerima laporan kecurangan eksternal (fraud external) yang dilakukan di luar lembaga jasa keuangan meliputi penipuan, pembobolan rekening, social engineering, skimming, sniffing, spam, dan cybercrime sebanyak 1.931 kasus di Jawa Tengah.

Selain penipuan dengan modus sniffing, kata dia, masyarakat juga diimbau untuk waspada terhadap pinjaman secara daring (pinjol) ilegal yang memberikan bunga sangat tinggi serta mengambil data yang ada di gawai konsumen seperti daftar kontak, foto, dan video dari galeri.

Baca juga: Hal yang harus dilakukan untuk lindungi diri dari kejahatan siber

"Data tersebut digunakan untuk mengancam korbannya agar mau membayar utang dengan bunga yang sangat tinggi," tegasnya.

Ia mengatakan sejak 1 Januari hingga 31 Mei 2023, Kantor OJK Regional 3 Jateng dan DIY menerima 421 pengaduan, baik melalui surat maupun Aplikasi Portal Perlindungan Konsumen (APPK).
Kepala Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional 3 Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta Soemarjono memberikan materi dalam kegiatan "Journalist Class Angkatan 6" di Yogyakarta, Senin-Selasa (26-27/6/2023). ANTARA/Sumarwoto

Dalam kesempatan itu, Soemarjono juga menjelaskan tentang kondisi perekonomian di wilayah Jateng dan DIY yang berada di atas nasional.

"Perekonomian di Jateng saat ini tumbuh sebesar 5,04 persen (yoy) dan di DIY tumbuh 5,31 persen. Sementara pertumbuhan ekonomi nasional tercatat tumbuh 5,03 persen (yoy)," jelasnya.

Ia mengatakan pada posisi Mei 2023, kinerja pertumbuhan aset, dana pihak ketiga (DPK), dan kredit perbankan di Jateng masih terjaga masing-masing sebesar 7,74 persen (yoy), 5,70 persen (yoy), dan 7,39 persen (yoy).

Baca juga: Kenali lima modus penipuan online

Sedangkan untuk DIY, kinerja pertumbuhan aset, DPK, dan kredit perbankan juga masih terjaga masing-masing sebesar 4,68 persen (yoy), 4,23 persen (yoy), dan 8,62 persen (yoy).

Menurut dia, porsi penyaluran kredit perbankan kepada usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Jateng mencapai 49,17 persen dan DIY mencapai 48,74 persen, di atas nasional sebesar 20,92 persen dengan pertumbuhan sebesar 10,57 persen (yoy) dan 4,49 persen (yoy).

"Porsi penyaluran kredit UMKM Jawa Tengah ini telah melebihi arahan Presiden agar porsi kredit menjadi sebesar 30 persen di tahun 2024," ungkapnya.

Terkait dengan perkembangan sektor Industri Keuangan Non-Bank (IKNB), dia mengatakan saat ini terdapat 102 teknologi finansial (financial technologi/fintech) yang telah berizin dan terdaftar di OJK per 9 Maret 2023.

Menurut dia, kredit fintech di Jateng telah mencapai Rp42 triliun dengan pertumbuhan 57,22 persen (yoy), sedangkan di DIY mencapai Rp7,34 miliar dengan pertumbuhan 80,36 persen (yoy).

"Pertumbuhan pembiayaan Perusahaan Pembiayaan atau PP di Jawa Tengah masih terkontraksi minus 2,62 persen (yoy), dengan NPF (Non Performing Financing) terjaga di 2,28 persen (yoy). Sedangkan di DIY, pembiayaan PP tumbuh 8,97 persen dengan NPF yang masih terjaga sebesar 2,01 persen," katanya.

Lebih lanjut, Soemarjono mengatakan premi asuransi di Jateng tumbuh 7,11 persen (yoy) dan klaim tumbuh 5,83 persen (yoy), sedangkan di DIY tumbuh 4,38 persen (yoy).

Terkait dengan aset bersih dana pensiun, dia mengatakan untuk wilayah Jateng tercatat tumbuh 7,15 persen (yoy) dan investasi sebesar 6,6 persen (yoy), sedangkan di DIY tumbuh 37,44 persen (yoy) dan investasi tumbuh 32,93 persen (yoy).

"Jumlah Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Jawa Tengah yang sebanyak 118 LKM merupakan terbanyak secara nasional dengan aset mencapai Rp636 miliar dengan porsi 42,01 persen, sedangkan di DIY terdapat 6 Bank Wakaf Mikro (BWM) dengan total aset 25,52 persen," katanya.

Sementara di sektor Pasar Modal, kata dia, peningkatan investor Jateng juga cukup tinggi karena mencapai 23,30 persen (yoy) dengan nilai transaksi mencapai Rp7,54 triliun, sedangkan jumlah investor di DIY meningkat 20,81 persen (yoy) dengan total nilai transaksi Rp1,45 triliun. ***1***

 

Pewarta: Sumarwoto
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2023