Lonjakan dolar sebanyak 11,55 persen sejak akhir Maret mencapai 144,62 yen pada Rabu (28/6/2023) untuk pertama kalinya sejak 10 November....
Tokyo (ANTARA) - Dolar AS melayang di dekat level tertinggi 7,5 bulan terhadap yen Jepang di sesi Asia pada Kamis pagi, setelah para kepala bank sentral menegaskan kembali perbedaan mencolok dalam jalur kebijakan mereka pada konferensi Bank Sentral Eropa (ECB) semalam.

Ketua Federal Reserve Jerome Powell - berbicara di panel bersama Presiden ECB Christine Lagarde, Gubernur Bank Sentral Jepang Kazuo Ueda dan Gubernur Bank Sentral Inggris Andrew Bailey - mencatat bahwa dua kenaikan suku bunga kemungkinan terjadi tahun ini, dan tidak mengesampingkan kemungkinan kenaikan pada Juli.

Sebaliknya, Ueda menegaskan kembali bahwa "masih ada jarak yang harus ditempuh" dalam mencapai inflasi 2,0 persen secara berkelanjutan disertai dengan pertumbuhan upah yang memadai, kondisi yang telah ditetapkan BoJ untuk mempertimbangkan jalan keluar dari stimulus yang sangat longgar.

Baca juga: Dolar naik, Powell tak kesampingkan kenaikan suku bunga berturut-turut

Lonjakan dolar sebanyak 11,55 persen sejak akhir Maret mencapai 144,62 yen pada Rabu (28/6/2023) untuk pertama kalinya sejak 10 November telah mendorong peningkatan peringatan lisan dari pejabat pemerintah Jepang minggu ini bahwa langkah tersebut mungkin terlalu cepat.

Kementerian keuangan dan BoJ melakukan intervensi di pasar mata uang musim gugur lalu ketika dolar menguat melampaui 145 yen.

Mata uang AS melemah kembali 0,15 persen menjadi 144,265 yen di pagi Asia pada Kamis.

Untuk intervensi, "ambang batas mungkin lebih tinggi kali ini karena kritik publik terhadap kelemahan yen saat ini berkurang," dengan latar belakang pasar saham yang meningkat, tekanan harga energi yang lebih rendah, dan kembalinya turis asing, kata Shinichi Kadota, ahli strategi valas senior di Barclays di Tokyo.

"Saya tidak akan mengesampingkan apa pun, karena mereka selalu berusaha memberi kejutan" ketika mereka mengintervensi, tambahnya. "Tetapi untuk memiliki efek yang berkelanjutan, penggerak yang mendasari - yaitu kebijakan moneter - juga harus berubah ... dan divergensi kebijakan moneter tidak mungkin berubah dalam waktu dekat."

Baca juga: Dolar AS datar di awal sesi Asia, Aussie jatuh karena inflasi melambat

Indeks dolar AS - yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, termasuk yen, euro, dan sterling - sedikit berubah pada 102,94, setelah naik 0,46 persen semalam.

Euro datar di 1,09125 dolar, mengikuti penurunan 0,45 persen sehari sebelumnya. Sterling naik tipis 0,07 persen menjadi 1,26445 dolar, bangkit kembali sedikit dari penurunan 0,88 persen sesi sebelumnya.

Di tempat lain, dolar Australia sebagian besar mengabaikan data penjualan ritel yang lebih kuat dari perkiraan untuk Mei. Mata uang itu terakhir naik 0,3 persen pada 0,66205 dolar AS, mendapatkan kembali ketenangan setelah jatuh 1,27 persen pada Rabu (28/6/2023).

Bank Sentral Australia memutuskan kebijakan minggu depan, dan penurunan tajam dalam inflasi utama dalam laporan yang dirilis pada Rabu (28/6/2023) membuat para pedagang mengurangi kemungkinan kenaikan suku bunga lainnya.

Yuan China tidak jauh dari level terendah 7,5 bulan pada Rabu (28/6/2023) di 7,2694 per dolar dalam perdagangan di luar negeri. Investor mengamati dengan hati-hati untuk langkah bank sentral selanjutnya setelah nilai tukar resmi ditetapkan sejalan dengan proyeksi pasar, mematahkan perbaikan yang lebih kuat dari perkiraan selama dua hari.

Otoritas moneter China mengambil tindakan tegas untuk mendukung penurunan yuan buat pertama kalinya dalam hampir delapan bulan pada Selasa (27/6/2023), menandakan ketidaknyamanan dengan pelemahan mata uang baru-baru ini.

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2023