Paris (ANTARA) - Presiden Prancis Emmanuel Macron mengadakan pertemuan kabinet yang kedua pada Jumat, setelah malam kerusuhan yang meluas sebagai protes atas penembakan fatal seorang remaja oleh polisi.

Menteri Dalam Negeri Prancis Gerald Darmanin melalui akun Twitter-nya mengabarkan setidaknya 667 orang ditangkap di seluruh Prancis dalam semalam saat bentrok antara polisi dan perusuh yang terjadi di beberapa kota, serta pembakaran toko dan bank, dan perusakan bus.

Darmanin telah mengerahkan 40.000 petugas pada Kamis (29/6) malam dalam upaya meredam kerusuhan malam ketiga.

Tetapi kekerasan tetap terjadi di Marseille, Lyon, Pau, Toulouse, dan Lille serta sebagian Paris, termasuk pinggiran kota kelas pekerja Nanterre, di mana Nahel M, pemuda berusia 17 tahun keturunan Aljazair dan Maroko, ditembak mati pada Selasa (27/6) malam.

Macron akan bertemu dengan kabinetnya pada pukul 11.00 waktu Paris. Ia kemungkinan akan mempersingkat kehadirannya di KTT Uni Eropa di Brussels, kata kantor kepresidenan. Macron sejauh ini belum menyatakan keadaan darurat.

Menteri Transportasi Clement Beaune mengatakan kepada radio RMC bahwa transportasi umum di wilayah Paris akan terganggu pada Jumat dan tidak mengesampingkan penutupan layanan lebih awal. Dua belas bus dibakar dan dihancurkan dalam semalam di sebuah depot di Aubervilliers, di utara Paris.

Di Nanterre, pinggiran barat Paris, pengunjuk rasa membakar mobil, membarikade jalan-jalan, dan melemparkan proyektil ke polisi menyusul aksi damai sebelumnya yang diadakan untuk memberi penghormatan kepada bocah yang meninggal itu.

Di pusat kota Paris, sebuah toko sepatu Nike dibobol, dan beberapa orang ditangkap setelah jendela toko dihancurkan di sepanjang jalan perbelanjaan Rue de Rivoli, kata polisi Paris.

Mereka mengatakan telah melakukan 307 penangkapan sementara sembilan polisi serta petugas pemadam kebakaran terluka.

Di selatan, polisi menembakkan granat gas air mata dan pusat wisata Marseille di Pelabuhan Le Vieux harus dievakuasi saat para pemuda bentrok dengan polisi.

Di Roubaix, Prancis utara, kebakaran menghancurkan kantor perusahaan TESSI dan beberapa mobil dibakar.

Kerusuhan telah menyulut kembali memori tentang kerusuhan pada tahun 2005 yang mengguncang Prancis selama tiga minggu dan memaksa presiden saat itu Jacques Chirac untuk mengumumkan keadaan darurat.

Gelombang kekerasan itu meletus di Clichy-sous-Bois, pinggiran Paris, dan menyebar ke seluruh negeri setelah kematian dua pemuda yang tersengat listrik di gardu listrik saat mereka bersembunyi dari polisi.

Sumber: Reuters
Baca juga: Macron gelar pertemuan darurat setelah kerusuhan pecah di Prancis
Baca juga: Rasialisme dituding jadi motif penembakan remaja oleh polisi Prancis
Baca juga: Buntut polisi tembak remaja, 175 orang ditangkap di Prancis

Penerjemah: Resinta Sulistiyandari
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2023