Beijing (ANTARA) - Kuang Xianming, Wakil Presiden sekaligus Direktur dan Research Fellow di Pusat Studi (Kerjasama Ekonomi Komprehensif Regional/RCEP) dan Institut Reformasi dan Pembangunan China, mengungkapkan bahwa RCEP mencatatkan kemajuan besar dalam semua aspek, mencapai hasil yang sangat baik dan manfaat yang terus menerus.

"Menurut pendapat saya, salah satu manfaatnya adalah optimalisasi berkelanjutan dari jaringan rantai pasokan terbuka," ujar Kuang Xianming yang melakukan penelitian di Yangpu, Hainan, sekitar April tahun lalu. Dalam proses penelitiannya, perusahaan-perusahaan juga merasa telah memperoleh sejumlah keuntungan dari RCEP.

Sementara Nalintib Homvisetvongsa dari Kantor Menteri (Perdagangan) untuk Urusan Komersial di Kedutaan Besar Kerajaan Thailand di Beijing mengatakan, total volume perdagangan Thailand dengan 14 negara RCEP meningkat sekitar tujuh persen atau sekitar 300 juta dolar AS (1 dolar AS = Rp15.026), mencakup sekitar 55 persen dari volume perdagangan Thailand.

"Rantai-rantai pasokan di Thailand ini terkait erat dengan banyak negara, dan di bawah kerangka RCEP, kami masih bekerja sangat keras untuk memastikannya terus berkembang, sehingga lebih banyak perusahaan akan mendapat manfaat dari rantai pasokan tersebut," ujar Homvisetvongsa.

Khouanchay Iemsouthi, Counsellor Ekonomi dan Komersial Kedutaan Besar Laos di Beijing, menuturkan bahwa kawasan yang dicakup oleh RCEP memiliki peluang besar, yang kondusif bagi rantai industri dan rantai pasokan yang sehat di seluruh kawasan tersebut dan arus bebas elemen-elemen ekonomi, yang akan membawa banyak kondisi yang menguntungkan bagi kawasan tersebut.

"Saya yakin RCEP akan terus memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi negara-negara anggotanya, terutama dalam hal rantai industri dan rantai pasokan," kata Khouanchay.

Menurut Khouanchay, setelah pembukaan jalur kereta China-Laos, kedua negara telah membangun fondasi rantai industri dan rantai pasokan yang sehat.

"Jalur kereta China-Laos akan membawa peran besar dalam mendorong kerja sama ekonomi regional, hal itu akan memperkuat integrasi pengembangan rantai industri dan rantai pasokan, serta akan memainkan peran besar," sambung Khouanchay.

Zhou Yi, pemimpin Kepabeanan dan Perdagangan Global Nasional di Deloitte China, meyakini bahwa alasan mengapa RCEP dapat sangat mempromosikan sinergi serta integrasi rantai industri dan rantai pasokan di kawasan tersebut adalah karena terdapat aturan inti di bawah RCEP yang disebut prinsip akumulasi perdagangan regional.

"Apabila kita dapat sepenuhnya memahami dan menggunakan aturan ini, Anda akan menemukan bahwa jika seluruh rantai pasokan kita terkonsentrasi di area ini, kita semua dapat memperoleh manfaat darinya. Jadi inilah mengapa kami meyakini bahwa RCEP adalah rantai pasokan yang dapat mempromosikan rantai industri di seluruh kawasan ini, termasuk integrasi sumber daya, dan benar-benar dapat membawa manfaat bagi semua orang," kata Zhou.

RCEP terdiri atas 15 anggota, yakni sepuluh negara anggota Perhimpunan Bangsa Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), China, Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru. RCEP ditandatangani pada November 2020 dan mulai berlaku pada 1 Januari 2022, dengan tujuan untuk secara bertahap menghapus tarif atas lebih dari 90 persen barang yang diperdagangkan di antara negara-negara anggotanya.

Pada 2022, perdagangan antara China dan negara-negara anggota RCEP lainnya meningkat 7,5 persen secara tahunan (year on year/yoy) menjadi 12,95 triliun yuan (1 yuan = Rp2.076), menyumbang 30,8 persen dari total nilai perdagangan luar negeri negara itu, papar Administrasi Umum Kepabeanan China.

"RCEP juga menjadi rantai nilai regional yang memberikan peluang lebih besar bagi produk manufaktur untuk berpartisipasi dalam rantai nilai global," ungkap Edi Prio Pambudi, Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional di bawah Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia. 

 

Pewarta: Xinhua
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2023