Tanya ke Organisasi Kesehatan Dunia yang seharusnya dilakukan
Jakarta (ANTARA) - Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan kegiatan edukasi, surveilans, obat-obatan, dan vaksinasi menjadi hal penting bagi masyarakat dalam menyikapi situasi endemi COVID-19 di Indonesia.

"Pada saat Indonesia mau mendeklarasikan itu jadi endemi, kami tanya dulu ke Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) apa sih yang seharusnya dilakukan, ini yang sudah kami lakukan, apa yang kurang," kata Budi Gunadi Sadikin acara Podcabs "Rapor Pandemi hingga Polemik RUU Kesehatan" diikuti dalam jaringan di Jakarta, Senin.

Budi mengatakan, masyarakat perlu menyadari bahwa masalah kesehatan di saat endemi merupakan masalah individu masing-masing masyarakat, sama halnya saat harus menghadapi situasi penyakit umum lainnya, seperti demam berdarah.

Bentuk intervensi kesehatan yang paling bagus dan berhasil, kata Budi, karena masyarakat sudah bisa menjaga kesehatannya sendiri, bukan diintervensi pemerintah.

Baca juga: Epidemiolog ungkap 3 skenario yang mungkin terjadi pasca-endemi COVID

Baca juga: Rektor UIN: Pencabutan pandemi COVID semangat tingkatkan pendidikan


Hal penting lainnya, menurut Budi, adalah kegiatan surveilans melalui penyediaan alat tes dan alat genom sekuensing.

Kemenkes telah memfasilitasi alat rapid test antigen yang kini dijual di apotek untuk memudahkan masyarakat dalam memilih alat diagnosa selain di fasilitas laboratorium.

"Saat ini sudah kami siapkan QR Code. Jadi kalau dia positif, dia mau daftar, nanti dia bisa dilayani oleh telemedisin, bisa dikirim obat kalau dia mau," katanya.

Berikutnya yang harus disiapkan adalah obat-obatan anti-virus yang kini sudah tersedia di jejaring apotek dan rumah sakit dengan resep dokter, seperti Paxlovid dan Molnupiravir, kata Budi.

Sedangkan di tataran rumah sakit, produsen dalam negeri telah menyediakan ventilantor, oksigen, hingga obat-obatan Actemra.

Budi mengatakan vaksinasi juga menjadi hal penting dalam upaya mencegah pasien mengalami gejala berat saat terinfeksi COVID-19, terutama kalangan lansia yang belum divaksin hingga orang dengan masalah kekebalan tubuh.

Selama pandemi, Pemerintah telah memperluas cakupan vaksinasi dari semula usia 18 tahun ke atas, saat ini mulai dari 6 tahun ke atas.

"Sebaiknya untuk pencegahan diberi vaksinasi primer dua kali, karena begitu dia sudah kena vaksinasi, itu daya tahan tubuh sudah bagus, sama seperti vaksinasi pada bayi," ujarnya.

Baca juga: Satgas: Deklarasi endemi di Indonesia menyusul tujuh negara lainnya

Baca juga: Menkes: Kesadaran masyarakat terapkan prokes ciri penyakit jadi endemi

 

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2023