Perubahan iklim yang berdampak pada cuaca dan ketidakpastian musim tanam.....
Jakarta (ANTARA) - Head of Agriculture Research Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Aditya Alta menyebutkan reformasi bantuan dan subsidi bisa meningkatkan produktivitas pangan melalui penggunaan input yang optimal, sehingga perlu terus didorong.

Hal tersebut lantaran berbagai program bantuan dan subsidi masih menemui kendala, seperti kelangkaan pupuk, disparitas harga dan penciptaan pasar sekunder, pilihan yang terbatas, overdosis urea (pemupukan tidak seimbang), kurangnya penggunaan benih unggul, serta anggaran subsidi yang relatif besar.

“Perubahan iklim yang berdampak pada cuaca dan ketidakpastian musim tanam, salah satunya, mengakibatkan penurunan produksi. Urgensi untuk peningkatan produktivitas, alih-alih membuka lahan baru, menjadi semakin besar," ujar Aditya dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Senin.

Ia menuturkan peningkatan produktivitas pangan, baik tanaman pangan maupun hortikultura, perlu didorong untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan merespons berbagai tantangan di sektor pertanian. Salah satu cara untuk mendorongnya yakni melalui reformasi kebijakan di sektor input pertanian.

Beberapa tantangan lain yang dihadapi petani, yaitu terbatasnya kesempatan kerja di pedesaan, menurunnya kepemilikan lahan pertanian oleh rumah tangga pertanian, sehingga menyebabkan semakin banyak petani yang menjadi petani penggarap atau buruh tani, serta keterbatasan pengetahuan dan akses terhadap penggunaan input yang optimal.

Statistik menunjukkan produktivitas padi, kedelai, dan bawang merah cenderung landai dalam beberapa tahun terakhir dengan masing-masing di angka 5 ton per hektare gabah kering giling, 1,5 ton per hektare biji kering, dan 10 ton per hektar.

Sementara itu, produktivitas jagung menunjukkan tren yang meningkat dengan capaian 5,5 ton pipilan kering per hektare pada 2019 lalu.

Belajar dari kesuksesan peningkatan produktivitas tanaman jagung, Aditya mengungkapkan salah satu upaya yang dapat dilakukan pemerintah untuk mendorong produktivitas tanaman padi yaitu dengan meningkatkan skala penggunaan varietas unggul, khususnya padi jenis hibrida. Hingga saat ini tingkat penerimaan petani terhadap benih padi hibrida masih sangat rendah.

Untuk meningkatkan kesejahteraan petani, hal lain yang dapat dilakukan adalah mendorong penggunaan kombinasi input pertanian, seperti pupuk, secara optimal dan tepat. Demi mendukung hal ini, akses terhadap input pertanian yang berkualitas dan terjangkau perlu lebih didorong.

Penelitian CIPS merekomendasikan beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas petani melalui program di bidang input pertanian, yaitu perlunya perencanaan jangka panjang untuk mengurangi ketergantungan terhadap subsidi dan bantuan. Secara bertahap, hal tersebut dapat didorong dengan melakukan transisi dari subsidi tidak langsung menjadi direct payment (pembayaran langsung ke petani).

Direct payment dapat menghilangkan disparitas harga, karena subsidi barang, memberikan akses terhadap pilihan jenis input yang lebih banyak, menghindari insentif yang menyimpang, dan sebagai insentif untuk mengombinasikan pembelian sesuai kebutuhan optimal.

Selain itu, dirinya menambahkan, dukungan sisi suplai input juga penting dilakukan melalui pengembangan varietas unggul baru dan relaksasi impor bahan baku pupuk serta benih tetua/benih sumber. Sektor pertanian juga membutuhkan investasi pada infrastruktur pendukung, seperti jalan, listrik, jaringan irigasi, internet, dan akses transportasi laut.

“Peningkatan kapasitas dan pengetahuan petani juga diperlukan melalui kegiatan penyuluhan, baik yang disediakan pemerintah maupun swasta,” katanya lagi.
Baca juga: Bank Dunia sarankan Indonesia segera reformasi kebijakan subsidi
Baca juga: Anggota DPR: Reformasi subsidi energi redam tingginya harga migas

Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2023