Berbicara kepada wartawan pada konferensi pers mingguan, Mehmanparast menanggapi "permintaan" Yukiya Amano, direktur jenderal IAEA, untuk akses ke situs militer Parchin Iran.
Iran dan IAEA pada awalnya harus menyepakati "kerangka kerja" di mana harus ada referensi yang "jelas" atas hak-hak Iran untuk kegiatan program nuklir "damai" serta respon terhadap "kekhawatiran dugaan" mengenai program nuklir Iran itu, kata juru bicara Iran.
Situs Parchin telah menjadi perhatian utama badan tenaga atom sejak November 2011.
Iran sebelumnya menolak untuk memberikan akses ke situs tersebut kecuali kesepakatan telah dicapai mengenai pendekatan terstruktur, kerangka yang akan memungkinkan inspektur PBB untuk melihat ke dalam kegiatan nuklir Iran.
Pembicaraan Iran dengan IAEA serta perundingan dengan kelompok yang disebut P5 +1 (terdiri dari lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB plus Jerman) memiliki kecenderungan "positif", kata Mehmanparast.
Dia menyatakan harapan bahwa perundingan akan membawa hasil jika hak Iran untuk kegiatan nuklir diakui.
Pada 13 Februari Iran dan IAEA mengadakan putaran pembicaraan terbaru mereka mengenai kegiatan sengketa nuklir tanpa mencapai kesepakatan apapun.
Putaran terakhir perundingan antara Iran dan kekuatan P5+1 berakhir pada 27 Februari di Almaty, Kazakhstan, dengan kedua pihak menyatakan optimisme mengenai hasil pertemuan tersebut. (AK)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013