Stockholm (ANTARA) - Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC) pada Senin (3/7) memperingatkan pihak otoritas Eropa untuk waspada dalam mendeteksi dan memantu wabah penyakit Legionnaire.

ECDC menyebutkan Legionnaire merupakan penyakit serupa pneumonia yang mengalami lonjakan ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya di Uni Eropa (UE) dan Wilayah Ekonomi Eropa (EEA)

ECDC dalam Laporan Epidemiologi Tahunan terbarunya menyebutkan bahwa lebih dari 10.700 kasus, termasuk 704 kasus kematian, dilaporkan pada 2021.

ECDC mengatakan dengan 2,4 kasus per 100.000 penduduk, menjadi tingkat notifikasi tahunan tertinggi dari penyakit yang disebabkan oleh bakteri Legionella tersebut.

Empat negara, yaitu Italia, Prancis, Spanyol, dan Jerman, menyumbang 75 persen dari kasus yang dilaporkan, ungkap ECDC.

Laki-laki berusia 65 tahun ke atas merupakan kelompok yang paling terdampak, dengan 8,9 kasus per 100.000 penduduk.

"Penyebab naiknya tingkat notifikasi yang baru-baru ini terlihat di Eropa masih belum diketahui," ujar ECDC.

Badan itu juga mengidentifikasi faktor yang mungkin memicu peningkatan tersebut, yakni perubahan dalam kebijakan pengujian dan sistem pengawasan nasional, serta populasi yang menua.

ECDC menyebutkan bahwa perubahan desain dan infrastruktur sistem air, serta perubahan iklim dan cuaca yang mungkin "berdampak pada ekologi bakteri Legionella di lingkungan maupun paparan aerosol air yang mengandung bakteri Legionella" mungkin juga berkontribusi terhadap peningkatan tersebut.

Suhu air antara 25 hingga 42 derajat Celsius dan genangan air merupakan kondisi yang menguntungkan bagi pertumbuhan bakteri Legionella.

"Mengingat tingkat kasus kematian yang relatif tinggi serta tantangan dalam mengidentifikasi dan mengendalikan sumber-sumber lingkungan, maka sangat penting bagi pihak otoritas kesehatan masyarakat untuk tetap waspada dalam mendeteksi klaster dan wabah melalui pengawasan," kata ECDC.

Pewarta: Xinhua
Editor: Imam Budilaksono
Copyright © ANTARA 2023