Palembang, Sumatera Selatan (ANTARA) - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menyebut bahwa kasus inses merupakan salah satu masalah dalam pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) yang tidak terlihat pada masyarakat Indonesia.

“Termasuk (masalah pembangunan SDM), kalau soal inses, itu laki-laki memang harus dijaga,” kata Hasto Wardoyo usai acara Apresiasi dan Penghargaan Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting yang diikuti di Palembang, Sumatera Selatan pada Selasa.

Baca juga: Wali kota Bukittinggi ungkapan alasan umumkan kasus inses ke publik

Menanggapi adanya kasus inses belakangan ini, Hasto menjelaskan bahwa emosi seks (emotional sex) antara perempuan dan laki-laki amat jauh berbeda. Inses sendiri adalah hubungan seksual yang dilakukan oleh dua orang saudara kandung dan melanggar hukum adat.

Emosi seks laki-laki cenderung mengarah pada adanya pandangan mata. Sedangkan perempuan lebih pada sensor sentuhan atau rabaan. Ketika muncul hal-hal yang bersifat memancing seperti kedekatan yang berlebihan, maka kedua belah pihak dapat dipastikan terpancing emosi satu sama lain.

Baca juga: Sosiolog duga kasus inses di Bukittinggi akibat kohesi yang berlebihan

Hasto yang juga dokter kandungan itu membenarkan bahwa rasa kedekatan itu ketika muncul akan sangat sulit untuk dihentikan, sehingga memicu timbulnya zina seperti inses hingga kehamilan yang tidak diinginkan (unwanted pregnancy) pada perempuan.

“Makanya pesan saya, jagalah (hasrat dan diri masing-masing), jangan mendekati zina. Karena tujuannya begitu sudah dekat, maka tidak bisa di stop. Tanggapan saya, kalau inses karena terpapar oleh hal-hal yang memancing,” kata Hasto.

Baca juga: Komnas PA sebut pembunuhan anak angkat di Sukabumi kasus luar biasa

Hasto menyayangkan adanya inses dapat menurunkan kualitas keluarga di Indonesia. Masalah tak kasat mata lainnya yang sedang marak terjadi di Indonesia adalah aborsi akibat banyak pasangan tidak menyadari bahwa pasangannya hamil akibat tidak ber-KB ataupun maraknya seks bebas.

Maka dari itu, ia berpesan agar setiap keluarga lebih menjaga perempuan dan menjauhi zina ataupun hal-hal yang membahayakan kesehatan, supaya kehidupan keluarga bisa tumbuh dan berkembang dengan baik dan lebih berkualitas.

“Meskipun masih dalam satu keluarga, marilah menutup bagian dari yang membuat emotional sex-nya naik tetap dilakukan. Jangan terlalu vulgar itu berbahaya. Kalau perempuan dan laki laki emotional sex-nya secara biologis itu sangat berbeda,” katanya.

Baca juga: Kemen PPPA cari masukan tangani kasus inses dialami disabilitas

Sebelumnya, Walikota Bukit Tinggi, Sumatera Barat Erman Safar menggegerkan publik dengan mengatakan telah ditemukan kasus inses antara ibu dan anak kandung yang melakukan hubungan seksual terlarang sejak si anak duduk di bangku SMA hingga usia 28 tahun.

Kasus lain yang juga cukup menyita perhatian publik akhir-akhir ini adalah dugaan ada tujuh kerangka bayi di Banyumas, Jawa Tengah yang diduga merupakan hasil hubungan inses antara seorang ayah berinisial R (57) dengan anak kandungnya E (15). Sampai hari ini, polisi setempat masih berusaha mengusut tuntas kasus tersebut untuk memastikan tiap kerangka yang ditemukan apakah memiliki DNA yang ada sama dengan pelaku atau tidak serta mencari sisa kerangka yang dikubur pelaku.

Baca juga: Khofifah: Inses harus dapat penegasan hukum
Baca juga: "Rumah tanpa sekat picu seks sedarah"


Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2023