Tokyo/Singapura (ANTARA) - Harga acuan minyak mentah Brent turun di perdagangan Asia pada Rabu, membalikkan beberapa kenaikan yang dibuat setelah Arab Saudi dan Rusia mengumumkan akan memperpanjang dan memperdalam pengurangan produksi hingga Agustus, karena kekhawatiran atas perlambatan ekonomi global membebani sentimen pasar.

Minyak mentah berjangka Brent merosot 46 sen atau 0,6 persen, menjadi diperdagangkan di 75,79 dolar AS per barel pada pukul 07.04 GMT, setelah terangkat 1,60 dolar AS pada Selasa (4/7/2023).

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS diperdagangkan di 70,86 dolar AS per barel, naik 1,07 dolar AS atau 1,5 persen dari penutupan Senin (3/7/2023), setelah diperdagangkan melalui liburan AS untuk memperingati Hari Kemerdekaan AS tanpa penyelesaian transaksi.

"Harga minyak berada di bawah tekanan lagi karena kekhawatiran atas perlambatan ekonomi global dan kenaikan suku bunga lebih lanjut di Amerika Serikat dan Eropa," kata Tomomichi Akuta, ekonom senior di Mitsubishi UFJ Research and Consulting.

"Pasar kemungkinan akan terus bergerak bolak-balik untuk beberapa waktu, dengan fokus pada indikator ekonomi di China dan kebijakan moneter oleh bank-bank sentral," katanya, memperkirakan Brent akan diperdagangkan sekitar 75 dolar AS per barel.

Sebuah survei sektor swasta pada Rabu menunjukkan aktivitas jasa-jasa China berkembang pada laju paling lambat dalam lima bulan pada Juni, karena melemahnya permintaan membebani momentum pemulihan pascapandemi.

Pasar juga menunggu risalah dari pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada 13-14 Juni nanti pada Rabu untuk petunjuk lebih lanjut tentang prospek bank sentral AS.

Pemotongan produksi yang diumumkan oleh Arab Saudi dan Rusia pada Senin (3/7/2023) hanya mengangkat pasar sebentar, di tengah kekhawatiran tentang permintaan yang lemah dan kenaikan suku bunga lebih lanjut, yang dapat memicu penurunan ekonomi dan mengurangi permintaan bahan bakar lebih lanjut.

Arab Saudi, pengekspor minyak mentah terbesar dunia, mengatakan pada Senin (3/7/2023) akan memperpanjang pengurangan produksi sukarela sebesar 1 juta barel per hari (bph) hingga Agustus, sementara Rusia dan Aljazair secara sukarela menurunkan tingkat produksi dan ekspor Agustus masing-masing 500.000 barel per hari dan 20.000 barel per hari.

OPEC+, kelompok yang terdiri dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutu termasuk Rusia yang memompa sekitar 40 persen minyak mentah dunia, telah memangkas produksi minyak sejak November karena harga yang lesu.

Namun, investor tetap mengkhawatirkan permintaan minyak setelah survei bisnis menunjukkan penurunan aktivitas pabrik global karena permintaan yang lesu di China dan Eropa.

Para pedagang akan mencari isyarat permintaan dari data industri tentang minyak mentah AS dan persediaan produk dari American Petroleum Institute (API) pada Rabu dan data pemerintah pada Kamis (6/7/2023), keduanya tertunda satu hari karena liburan AS.

Persediaan minyak mentah AS diperkirakan turun sekitar 1,8 juta barel dalam seminggu hingga 30 Juni, yang akan menandai penurunan minggu ketiga berturut-turut, empat analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan.

"Lintasan stok minyak global akan segera menjadi relevan dengan pemotongan pasokan OPEC+ dan hambatan makro mengingat prospek Badan Energi Internasional untuk pengetatan pasar minyak di semester kedua 2023," analis dari Commonwealth Bank of Australia mengatakan dalam sebuah catatan.

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Nurul Aulia Badar
Copyright © ANTARA 2023