Jakarta (ANTARA) - Ketua Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) Danton Sihombing mengatakan pagelaran DKJ Fest 2023 menghadirkan pengetahuan dan pengalaman bagi masyarakat luas mengenai seni.

“Jadi, memang DKJ Fest ini menghadirkan ada pengetahuan, pengelaman beragam, semuanya kita ramu supaya kohersif dan berkualitas,” kata Danton pada penutupan DKJ Fest 2023 di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat, Rabu (5/7) malam.

Danton mengatakan pagelaran tahunan itu dilihat sebagai sebuah platform kesenian, berbagai kegiatan telah dilakukan selama dua pekan terakhir, mulai dari seni pertunjukan, pameran, diskusi, lokakarya, sayembara karya, hingga pemutaran film.

Baca juga: DKJ terbitkan 10 karya kritik film terbaik dalam bentuk e-book

Selain berbagai komunitas, Danton menyebut DKJ Fest 2023 juga melibatkan partisipasi publik di luar komunitas seni, yang menurut dia menjadi capaian tersendiri untuk menyampaikan pesan-pesan kesenian pada masyarakat luas.

“Contoh beberapa kegiatan di lokakarya poster storyboard film, itu banyak komentar-komentar yang menyatakan suatu yang istimewa bisa berpartisipasi, bukan seniman, tapi, masyarakat bidang lain,” kata Danton.

Diselenggarakan sejak 20 Juni, DKJ Fest 2023 telah menghadirkan segudang pagelaran, diantaranya presentasi laboratorium penguatan ekosistem seni pertunjukan, gelar wicara unboxing tari, pekan koreografi Indonesia, pameran arsip koleksi DKJ, pameran maestro film Indonesia, layar tancap, lokakarya lukis poster dan storyboard film, dan masih banyak lagi.

Baca juga: Resmi dibuka, DKJ Fest 2023 jadi siasat perkuat ekosistem seni Jakarta

Mengusung tajuk “KELINDAN: Meretas Kahar Ekosistem Seni”, DKJ Fest juga menjadi sebuah pernyataan sikap terhadap situasi kahar di beberapa ruang seni di Jakarta, dan pernyataan artistik atas situasi kesenian di Jakarta dulu, kini, dan nanti.

Situasi kahar yang dimaksud adalah akumulasi persoalan sejak pra-revitalisasi, revitalisasi, hingga pasca-revitalisasi fisik TIM. Ketika revitalisasi ruang seni seperti TIM mengancam keberlanjutan wataknya sebagai ruang publik, maka ekosistem kesenian secara umum juga terancam.

Dia menyebut tata kelola ruang-ruang seni di Jakarta sedang mengalami gejolak, akibat pandemi COVID-19 dan krisis pasca-pandemi yang membongkar banyak hal dalam ekosistem seni.

"Ada pesan yang ingin kami sampaikan, pertama konteks kahar itu terhadap ruang seni sebagai ruang publik, sebagai contoh kasus TIM ini, yang menjadi bagian dari ekosistem seni secara ruang, bahwa itu berkelindan tidak bisa dilepas satu sama lain," kata Danton.

Baca juga: Komite Tari DKJ gelar presentasi performatif oleh 10 seniman Indonesia

Baca juga: DKJ Fest 2023 hadirkan "Kelindan: Meretas Kahar Ekosistem Seni"


Pewarta: Pamela Sakina
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2023