Rangkaian program yang terbuka untuk publik tanpa biaya alias gratis tersebut merupakan wujud upaya dan kerja-kerja penguatan ekosistem seni yang semakin tangguh, sekaligus menjaga kepentingan publik seni Jakarta.
"Ini festival kedua. Sebelumnya diselenggarakan tahun 2018 sebagai payung rangkaian kegiatan DKJ hampir di penutup tahun. Setelah pandemi, sekarang kami mengusung tema yang memang menjadi isu atau apa yang sedang dihadapi terutama dalam konteks ruang publik," buka Ketua DKJ Danton Sihombing, saat sesi jumpa media di Teater Wahyu Sihombing, Taman Ismail Marzuki Jakarta, Selasa.
Danton mengatakan bahwa kegiatan yang diselenggarakan DKJ kali ini melibatkan ekosistem dan beberapa komunitas, sehingga akan menjadi satu pembelajaran baik dalam kaitannya dengan tolok ukur kualitas penyelenggaraan kegiatan seni.
Baca juga: DKJ cermati proses seniman unggul di Jakarta
Baca juga: Kesenian masih belum pulih sepenuhnya dari dampak pandemi
Bertajuk "Kelindan: Meretas Kahar Ekosistem Seni", rangkaian program tahun ini menggambarkan semangat dan sikap DKJ dalam melihat persoalan, tantangan, kehidupan kesenian di Jakarta pada masa ini.
Festival ini menjadi sebuah pembacaan situasi ekosistem seni di Jakarta, pernyataan sikap terhadap situasi kahar di beberapa ruang seni di Jakarta, dan pernyataan artistik atas situasi kesenian di Jakarta dulu, kini, dan nanti.
Situasi kahar yang dimaksud adalah akumulasi persoalan sejak pra-revitalisasi, revitalisasi, hingga pasca-revitalisasi fisik TIM. Ketika revitalisasi ruang seni seperti TIM mengancam keberlanjutan wataknya sebagai ruang publik, maka ekosistem kesenian secara umum juga terancam.
"Kegiatan kali ini isu, dimensi, dan kedalamannya cukup lebar. Jadi, harus dilihat secara holistik," jelasnya.
Pada penyelenggaraannya di tahun ini, DKJ Fest 2023 menyuguhkan Pameran Arsip dan Koleksi DKJ dengan tajuk "Pekan, Pesta, Festival: Bermula dari Cikini Raya 73", Pameran Maestro Film Indonesia "Silang Visual: Film dan Seni Rupa Grafis", Pekan Koreografi Indonesia, Interdisipliner, Unboxing Tari, Diskusi, Pemutaran Film, dan Lokakarya.
Sedangkan Komite Seni Rupa DKJ menyuguhkan Pameran Arsip dan Koleksi DKJ bertajuk "Pekan, Pesta, Festival: Bermula dari Cikini Raya 73" yang dikuratori oleh Esha Tegar Putra. Pameran ini menyuguhkan 59 poster, 5 koleksi lukisan, 118 foto, arsip audio, dan arsip surat.
Selain Komite Seni Rupa, Komite Film DKJ telah menyiapkan Pameran Maestro Film Indonesia dengan tajuk “Silang Visual: Delsy dalam Film dan Seni Rupa”. Pameran ini mengangkat tokoh film dan seni rupa Indonesia, Delsy Sjamsumar.
Di ruang yang lain, Komite Tari Dewan Kesenian Jakarta menggelar Pekan Koreografi Indonesia, Unboxing Tari, dan Artistic Development. Pekan Koreografi Indonesia menyajikan pertunjukan dari lima Institusi Seni di Indonesia; Institut Kesenian Jakarta (IKJ), Institut Seni Indonesia (ISI Surakarta), Institut Seni Indonesia (ISI Yogyakarya), Institut Seni Indonesia (ISI Padang Panjang), Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI Tanah Papua) pada tanggal 20 – 21 Juni 2023 pukul 19.30 WIB di Teater Wahyu Sihombing.
DKJ FEST 2023 “Kelindan: Meretas Kahar Ekosistem Seni” merupakan kolaborasi DKJ dengan Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, Unit Pengelola Pusat Kesenian Jakarta (UPPKJ TIM), PT Jakarta Propertindo (JAKPRO), dan Pusat Kesenian Jakarta (PKJ TIM).
Baca juga: Badan Pangan Nasional dan DKJ hadirkan "Live Project Seni Mural"
Baca juga: DKJ ingin beri ruang lebih luas untuk pemusik tradisional
Baca juga: Membincangkan kota dan jembatan sastra antarSelatan di JILF 2022
Pewarta: Ahmad Faishal Adnan
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2023