Budapest (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menekankan bahwa setiap kunjungan luar negeri yang dilakukannya adalah demi kepentingan rakyat dan bangsa, selain memang ada penambahan jumlah acara wajib yang harus dihadiri oleh Presiden Indonesia seiring dengan meningkatnya prestasi Indonesia di luar negeri.

"Tidak mungkin saya pergi ke luar negeri kalau tidak ada urgensi dan kepentingan untuk rakyat kita atau bangsa kita. Saya kira dalam interaksi internasional yang makin intensif seperti ini memang tidak bisa dielakkan kita menjadi `regional power` dengan `global out reach`," kata Presiden Yudhoyono dalam keterangan persnya di Budapest, Kamis petang waktu setempat.

Ia memberikan penjelasan itu menjawab pertanyaan wartawan menyusul pernyataan salah seorang tokoh di tanah air tentang kunjungan presiden ke luar negeri.

Menurut Presiden, acara-acara wajib yang harus dihadiri oleh Presiden Indonesia saat ini jauh lebih banyak dari sebelumnya.

Ia kemudian mencontohkan mengenai perubahan jadwal penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN, yang semula satu kali dalam satu tahun menjadi dua kali dalam satu tahun.

Indonesia merupakan salah satu pendiri organisasi yang bertujuan untuk menjaga stabilitas di kawasan itu.

Presiden juga menyebutkan bahwa sebelumnya Indonesia tidak menjadi anggota negara kelompok ekonomi 20 atau G20.

"Sekarang ada G20, yang `summit` G20 minimal sekali (dalam satu tahun --red), bisa-bisa dua kali," katanya seraya menambahkan sejumlah agenda internasional yang lain, misalnya Organisasi Kerjasama Islam (OKI) dan East Asia Summit (EAS).

Presiden menilai, sebetulnya kunjungan atau kegiatan kepala negara atau kepala pemerintahan yang wajib dihadiri oleh seorang Presiden Indonesia lebih banyak lagi namun pihaknya telah melakukan penyaringan.

"Sangat saya saring, kita batasi, sebagian saya wakilkan kepada wakil presiden, sebagian dilakukan oleh menteri luar negeri atau menteri-menteri yang lain," katanya.

Ia menekankan bahwa acara yang dihadiri hanya merupakan acara wajib ditambah sejumlah komitmen yang tidak mungkin tidak dipenuhi.

Presiden mencontohkan kunjungan kerjanya ke Berlin, Jerman sebagai sebuah bentuk komitmen Indonesia pada kerjasama kedua negara.

"Kerjasama Indonesia dengan Jerman sangat penting. Presiden Jerman sudah berkunjung ke Indonesia pada 2011, Kanselir Jerman sudah berkunjung ke Indonesia pada 2012. Ketika saya diundang untuk menggalakkan kepariwisataan di Indonesia dengan forum ITB (Internationale Tourismus Borse) tentu ada urgensi saya, ada keperluan saya untuk berkunjung selama dua hari," katanya menjelaskan kunjungan kerjanya.

Kemudian, tambah Presiden, Indonesia tidak pernah membayangkan akan mendapat kehormatan untuk menjadi ketua bersama sebuah panel PBB guna membahas agenda pembangunan pasca 2015 bersama dengan Perdana Menteri Inggris David Cameron dan Presiden Liberia Ellen Johnson Sirleaf.

"Waktunya (menyelesaikan tugas--red) hanya kurang lebih enam sampai tujuh bulan. Itulah kita kerja maraton bertemu pertama kali di New York, lalu London, Monrovia, Bali dan kelima kembali ke New York. Tentu saya tidak bisa mewakilkan karena sebagai ketua dalam forum itu," katanya.

Namun, menurut Presiden, tidak mungkin ia melakukan kunjungan ke luar negeri jika tidak ada kemendesakan dan kepentingan untuk rakyat atau bangsa.

"Jadi sebenarnya tidak boleh dikatakan saya lebih sering melakukan kunjungan ke luar negeri dibandingkan pendahulu-pendahulu saya. Itu fakta," katanya.

Presiden juga menjelaskan jika pihaknya akan selalu berusaha mempercepat waktu kunjungan dengan sejumlah efisiensi. Ia kemudian mencontohkan kunjungan kerjanya di Berlin yang memiliki agenda padat.

Presiden Yudhoyono melakukan kunjungan ke Berlin pada 3-6 Maret 2013. Presiden beserta rombongan tinggal landas dari Bandara Halim Perdanakusuma pada 3 Maret 2013 sekitar pukul 09.00 wib dan tiba di Berlin pada 3 Maret 2013 sekitar pukul 20.00 waktu setempat.

Pada 4 Maret 2013, agenda Presiden di Berlin terdiri dari melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Jerman Joachaim Gauck, memberikan pidato kunci dalam acara santap siang dengan para pengusaha Jerman dan Indonesia, menerima CEO sejumlah perusahaan Jerman, melakukan penghormatan pada para pahlawan sebagai rangkaian acara kenegaraan, menerima kunjungan kehormatan Menlu Jerman Guido Westerwelle, dan menghadiri jamuan santap malam di Istana Presiden Jerman.

Kemudian pada 5 Maret 2013, agenda Presiden adalah menerima kunjungan kehormatan mantan Presiden Jerman Horst Kohler yang merupakan anggota panel pembahas agenda pembangunan pasca 2015, melakukan pertemuan dengan Walikota Berlin Klaus Wowereit, melakukan pertemuan bilateral dengan Kanselir Jerman Angela Merkel, dan membuka pameran wisata ITB.

Pada 6 Maret 2013 pukul 09.00 waktu setempat Presiden meninggalkan Berlin menuju Budapest, Hongaria.

Sebelum melakukan kunjungan kerja ke Jerman dan Hongaria, Presiden Yudhoyono pada 30 Januari hingga 7 Febuari 2013 melakukan kunjungan kerja ke Monrovia (Liberia), Nigeria, Arab Saudi dan Mesir. (G003/E008)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013