Ankara (ANTARA) - Institut Statistik Turki pada Rabu (5/7) menyebutkan bahwa indeks harga konsumen negara itu secara bulanan (month on month) pada Juni 2023, naik 3,92 persen, yang merupakan tingkat tertinggi sejak Januari tahun ini.

Menurut institut itu, tingkat inflasi tahunan Turki mencapai 38,2 persen pada Juni 2023. Indeks harga produsen naik 6,50 persen secara bulanan pada Juni, dan naik 40,4 persen secara tahunan (year on year).

Presiden Turkiye Recep Tayyip Erdogan, yang kembali terpilih pada Mei lalu, membentuk tim ekonomi baru pada bulan lalu. Langkah itu meningkatkan harapan bahwa Turki dapat beralih dari strategi tidak lazimnya dalam mempertahankan suku bunga rendah bahkan ketika inflasi melonjak.

Untuk mengatasi kenaikan biaya hidup dan devaluasi mata uang Turki, Erdogan menunjuk mantan eksekutif bank yang berbasis di Amerika Serikat (AS) Hafize Gaye Erkan sebagai gubernur Bank Sentral Turki. Erdogan juga menunjuk Mehmet Simsek sebagai Menteri Keuangan dan Perbendaharaan Turki.

Namun, mata uang Turki terus terdepresiasi terhadap dolar AS setelah bank sentral menaikkan tingkat suku bunga ke tingkat yang berada di bawah ekspektasi pasar bulan lalu

Bank sentral menaikkan suku bunga dari 8,5 persen menjadi 15 persen pada Juni, kenaikan pertama dalam 27 bulan.

Bank itu juga mengisyaratkan bahwa pengetatan moneter akan terus berlanjut secara tepat waktu dan bertahap hingga peningkatan yang signifikan pada prospek inflasi tercapai.

Mata uang lira Turki mengalami penurunan signifikan lebih dari 60 persen terhadap dolar AS dalam dua tahun terakhir.

Tingkat inflasi negara tersebut mencatatkan rekor tertinggi dalam 24 tahun yaitu 85,5 persen pada Oktober tahun lalu. Tingkat inflasi tahunan melambat sejak saat itu dan mencapai 39,6 persen pada Mei.

Pewarta: Xinhua
Editor: Imam Budilaksono
Copyright © ANTARA 2023