Jakarta (ANTARA) -
Asisten Deputi (Asdep) Pengelolaan Sampah dan Limbah Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Rofi Alhanif mengatakan pemerintah terus menggalakkan pengelolaan sampah menuju ekonomi sirkular agar bisa mengurangi jumlah sampah.

"Kalau kita kelola dengan baik seperti anorganik, kertas yang bisa jadi potensi ekonomi jika dikelola dengan baik dengan konteks sirkular ekonomi. Ini yang sekarang di galakkan bagaimana pengelolaan sampah ini agar masuk ke sirkular ekonomi," ucap Rofi dalam diskusi virtual pada Kamis.
 
Rofi mengatakan sebesar 50 persen sampah berasal dari sisa makanan dari rumah tangga maupun pasar tradisional yang tidak tertangani. Sehingga sampah tersebut bisa menjadi potensi sampah bernilai ekonomis dalam konsep ekonomi sirkular, selain juga ada limbah tekstil, limbah konstruksi atau puing bangunan, limbah plastik perdagangan dan limbah elektronik.
 
Pemanfaatan sampah dalam ekonomi sirkular, kata Rofi, bisa menghasilkan peningkatan PDB sebesar 593-638 triliun di tahun 2030.

Baca juga: UKM start up Unhas kembangkan aplikasi dan pengolahan sampah
 
Selain itu, manfaat bagi lingkungan juga bisa mengurangi limbah sebesar 18-52 persen dan mengurangi emisi karbon dioksida sebesar 126 juta ton di tahun 2030.
 
Ia mengatakan pemerintah sendiri memiliki target 70 persen sampah bisa tertangani dan semaksimal mungkin mengurangi sampah dari sumbernya sebesar 30 persen di tahun 2025. Sehingga bisa meminimalisir sampah yang bocor ke laut sebesar 70 persen.
 
"Kalau target pengurangan sampah bisa dilakukan akan mengurangi kebocoran sampah plastik ke laut," ucapnya.
 
Menurut data tahun 2021, kurang lebih 50 persen sampah terkelola dan tertangani, dan sebesar 41 persen terkirim ke tempat pembuangan akhir (TPA).
 
Sedangkan, 15,64 persen sampah terkelola melalui bank sampah atau pihak swasta dan 35 persen lainnya di kelola oleh masyarakat seperti dibakar, ditimbun di tanah, atau dibuang ke selokan. Perilaku ini yang menjadi kekhawatiran sampah akan berakhir di lautan.
 
Rofi mengatakan ada beberapa cara untuk mencegah penumpukan sampah yaitu dengan turut melibatkan peran aktif masyarakat dan cara terintegrasi dari hulu ke hilir.
 
"Intinya integrasi hulu hilir ini menjadi sangat penting bagaimana mengubah perilaku masyarakat, menangani sampah sedekat mungkin dengan sumbernya, menerapkan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle), sirkular ekonomi, dan mencegah sampah berakhir ke TPA," ucap Rofi.
 
Kerja sama berbagai sektor seperti bank sampah, pelaku bisnis, akademisi maupun masyarakat diharapkan bisa mengurangi sampah masuk ke lingkungan, serta pemanfaatan teknologi yang mengubah sampah menjadi energi listrik melalui Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSA).

Baca juga: Ingin kurangi sampah anorganik, Rekosistem luncurkan waste station

Baca juga: KKP kumpulkan 852 Kg sampah dalam kegiatan Bulan Cinta Laut

Baca juga: Teknologi insenerator bisa jadi solusi pengelolaan sampah di Jakarta

Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2023