Sebetulnya, jam terbangnya masih lama. Jadi, Mirage 2000-5 ini masih punya usia pakai ya kira-kira 15 tahun lagi
Jakarta (ANTARA) - Menteri Pertahanan (Menhan) RI Prabowo Subianto menyebut jam terbang (flying hours) 12 unit pesawat tempur Mirage 2000-5 yang dibeli Indonesia dari Qatar masih 30 persen.

Artinya, jam terbang 12 unit Mirage 2000-5 yang dibeli Indonesia masih tersisa 70 persen.

“Sebetulnya, jam terbangnya masih lama. Jadi, Mirage 2000-5 ini masih punya usia pakai ya kira-kira 15 tahun lagi, karena baru dipakai kurang lebih 30 persen flying hours,” kata Prabowo saat jumpa pers di Lanud Halim Perdanakusuma di Jakarta, Kamis.

Dalam kesempatan yang sama, Prabowo kembali menjelaskan pembelian 12 unit Mirage 2000-5 dari Qatar merupakan upaya memastikan kesiapan tempur TNI AU mengingat beberapa pesawat tempur TNI AU masuk peremajaan (refurbishment), pemeliharaan dan perbaikan (overhaul/repair).

Sementara itu, pesawat tempur baru yang dibeli Indonesia dari perusahaan Prancis Dassault Aviation, yaitu Dassault Rafale baru akan tiba di Indonesia sekitar 36 bulan mendatang atau sekitar 2026, sementara untuk operasional masih harus menunggu sampai kurang lebih 48 bulan atau sekitar 2027.

“Itu lah maksudnya kita mencari pesawat fighter (tempur) interim yang bisa segera kita gunakan. Dan memang, tentunya pesawat Mirage 2000-5 tidak sama kecanggihan dan modernnya dengan Rafale. Ini Rafale kan teknologi terakhir, tetapi (Rafale dan Mirage) sama-sama buatan Dassault,” kata Menhan RI.

Baca juga: Menhan nilai unit kedua C130J Super Hercules sesuai ekspektasi
Baca juga: Prabowo: Semua pesawat tempur kita "refurbish"


Dia pun menerima penjelasan penggunaan Mirage merupakan bagian dari adaptasi mengoperasikan Rafale, yang keduanya sama-sama teknologi dari Prancis.

“Jadi, (Mirage) itu kita pakai. Satu, untuk kekuatan deterrent, untuk interim, sekaligus untuk membiasakan penerbang-penerbang kita dengan teknologi Prancis,” kata Prabowo.

Oleh karena itu, dia pun heran jika ada pihak-pihak yang “nyinyir” terhadap dirinya karena membeli Mirage 2000-5.

“Kebetulan memang banyak yang seolah-olah nyinyir, seolah-olah ya mau macam-macam menilai bahwa diomongin pesawat bekas, pesawat bekas. Ya memang sering terpaksa kita beli pesawat yang tidak baru,” kata Menhan RI.

Indonesia membeli 12 unit Mirage 2000-5 beserta perangkat pendukungnya dari Qatar dalam Kontrak Jual Beli Nomor: TRAK/181/PLN/I/2023/AU yang diteken pada 31 Januari 2023.

Nilai pembelian pesawat itu sebesar 733 juta euro atau sekitar Rp11,83 triliun dengan penyedianya perusahaan asal Republik Ceko, Excalibur International A.S.

“Material kontrak tersebut meliputi 12 MIRAGE 2000-5 Ex. Qatar Air Force (9 Single Seat And 3 Double Seat, 14 Engine and T-cell, Technical Publications, GSE, Spare, Test Benches, A/C Delivery, FF & Insurance, Support Service (3 Years), Training Pilot And Technician, Infrastructure, dan Weaponary,” kata Kepala Biro Hubungan Masyarakat Sekretariat Jenderal Kemhan Brigjen TNI Edwin Adrian Sumantha dalam siaran tertulisnya bulan lalu.

Jadwal pengiriman 12 unit Mirage 2000-5 24 bulan setelah kontrak efektif dan akan ditempatkan di Skadron Udara 1 Lanud Supadio, Pontianak, Kalimantan Barat.

Baca juga: Menhan serahkan unit kedua C-130 J Super Hercules ke TNI AU
Baca juga: Menhan RI segera kirim tim negosiasi beli Mirage 2000-9 dari UAE

Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2023