The Fed melihat bahwa pertumbuhan ekonomi kuartal I/2023 sebesar 2 persen masih cukup tinggi
Jakarta (ANTARA) - Analis Pasar Mata Uang Lukman Leong menyatakan pelemahan rupiah dan mata uang Asia terhadap dolar AS pada umumnya dipengaruhi pernyataan The Fed pada risalah pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) yang memberikan sinyal kenaikan suku bunga lebih lanjut.

"Meningkatnya prospek suku bunga pada bank-bank sentral utama dunia seperti The Fed, ECB (European Central Bank), dan BoE (Bank of England) kontras dengan bank sentral Asia (Indonesia) yang lebih condong akan mempertahankan suku bunga, dan bahkan menurunkan suku bunga di tengah prospek ekonomi (China terutama) yang melambat," ujar dia ketika ditanya ANTARA, Jakarta, Kamis.

Ketua Dewan Gubernur Bank Sentral AS Federal Reserve (Fed) Jerome Powell disebut memberikan sinyal bahwa The Fed bakal kembali menaikkan suku bunga menaikkan dua kali di kisaran 5,5-5,75 persen. Adapun ECB diperkirakan akan masih menaikkan hingga 4 persen dari 3 persen, lalu BoE diprediksi menaikkan hingga 6 persen dari saat ini yang berkisar 5 persen.

Selain itu, The Fed juga masih melihat inflasi yang bertahan di atas target sebagai alasan pengetatan. Posisi inflasi inti dikatakan masih di angka 5,3 persen, masih jauh dari target 2 persen dan juga lebih tinggi dari inflasi utama yang sebesar 4 persen.

"The Fed melihat bahwa pertumbuhan ekonomi kuartal I/2023 sebesar 2 persen masih cukup tinggi dan tingkat pengangguran yang rendah 3,7 persen, masih akan terus memberikan tekanan pada harga," ungkap Lukman.

Senada, Analis Bank Woori Saudara (BWS) Rully Nova mengatakan pelemahan rupiah terhadap dolar AS dipengaruhi pertemuan FOMC di bulan Juni 2023 yang mengindikasikan kenaikan suku bunga The Fed pada bulan depan. Pengaruh lain yang melemahkan rupiah adalah kenaikan index dollar akibat kenaikan yield obligasi pemerintah AS.

"Indikasi kenaikan index dolar AS dapat menembus level psikologis 105 seiring dengan berlanjut kenaikan suku bunga oleh The Fed dan ditopang oleh kuatnya ekonomi AS sampai dengan akhir tahun ini," ucap Rully. Pada penutupan perdagangan hari, rupiah mengalami pelemahan sebesar 0,26 persen atau 39 poin menjadi Rp15.056 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.017 per dolar AS.

Sepanjang hari, rupiah bergerak dari Rp15.044 per dolar AS hingga Rp15.077 per dolar AS.

Baca juga: Rupiah diperkirakan melemah karena sinyal The Fed menaikkan suku bunga
Baca juga: Kurs rupiah pada Kamis pagi melemah 0,31 persen


Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2023