Indeks MSCI untuk saham Asia-Pasifik di luar Jepang tergelincir 0,8 persen ke level terendah satu bulan. Nikkei Jepang juga merosot 0,6 persen
Singapura (ANTARA) - Saham-saham Asia merosot pada awal perdagangan Jumat, ketika akan mengakhiri pekan pertama kuartal yang terik untuk pasar keuangan, dengan dolar menguat dan obligasi jatuh karena ketahanan data pekerjaan AS membuat investor bersiap untuk kenaikan suku bunga lebih tinggi lagi.

Indeks MSCI untuk saham Asia-Pasifik di luar Jepang tergelincir 0,8 persen ke level terendah satu bulan. Nikkei Jepang juga merosot 0,6 persen.

Semalam, angka parsial yang mengejutkan kuat di pasar tenaga kerja AS membuat aksi jual di pasar obligasi menjadi overdrive dan mendorong indeks saham S&P 500 berakhir 0,8 persen lebih rendah.

Imbal hasil obligasi pemerintah dua tahun melonjak di atas 5,0 persen dan perkiraan pasar berjangka mulai mengakui kemungkinan bahwa Federal Reserve akan menaikkan suku bunga dua kali sebelum tahun berakhir. Imbal hasil obligasi 10-tahun naik lebih dari 17 basis poin dalam dua sesi menjadi 4,05 persen, dan penjualan terjadi di seluruh dunia karena investor yang telah memposisikan diri untuk mencapai puncak suku bunga meloncat keluar.

Imbal hasil obligasi dua tahun Jerman melonjak ke level tertinggi dalam 15 tahun. Di Inggris, para pedagang sekarang bersiap untuk resesi dan suku bunga menuju 7,0 persen, karena penjualan yang melintasi kurva mendorong imbal hasil obligasi Inggris10-tahun ke tertinggi pasca-2008.

Imbal hasil obligasi pemerintah Australia bertenor tiga dan sepuluh tahun masing-masing naik selusin basis poin pada Kamis (6/7/2023) dan selusin lainnya pada Jumat pagi mencapai level tertinggi satu dekade.

"Ini adalah langkah yang cukup biadab," kata Jack Chambers, ahli strategi suku bunga senior di ANZ di Sydney, dikutip dari Reuters.

"Ini menunjukkan beberapa lama mungkin telah tertahan, dan orang-orang terjebak," katanya, dengan tanda-tanda kekuatan ekonomi AS mulai memicu kegelisahan tentang seberapa tinggi suku bunga bisa naik.

"Apakah kita mulai memperhitungkan gagasan bahwa harus ada struktur suku bunga yang lebih tinggi? Mungkin harus ada penilaian ulang mengingat ketahanan banyak ekonomi terhadap suku bunga yang lebih tinggi sejauh ini."

Bahkan imbal hasil obligasi pemerintah Jepang yang berlabuh baik naik pada Jumat.

Data penggajian swasta AS melonjak 497.000 bulan lalu, laporan Ketenagakerjaan Nasional ADP menunjukkan pada Kamis (6/7/2023), melawan ekspektasi untuk kenaikan 228.000.

Data penggajian non-pertanian yang lebih luas akan dirilis pada Jumat pukul 12.30 GMT. S&P 500 berjangka stabil di pagi Asia.

Pasar obligasi yang tertekuk mengirim dolar AS sedikit lebih tinggi, meskipun tidak terlalu jauh karena imbal hasil melonjak secara global dan ketakutan akan intervensi membuat para pedagang terlalu gugup untuk melepas yen.

Euro turun 0,2 persen pada minggu ini di 1,0889 dolar. Yen sebenarnya naik semalam dan melayang di 144 terhadap dolar. Dolar Australia terakhir berada di 0,6629 dolar AS dan mengincar penurunan kecil mingguan, menyusul keputusan Bank Sentral Australia untuk menghentikan kenaikan suku bunga minggu ini. Kiwi berada di 0,6161 dolar AS dan mengincar kenaikan mingguan moderat.

Data pada Jumat menunjukkan upah Jepang meningkat pada laju tercepat mereka dalam 28 tahun pada Mei, meskipun juga menunjukkan jam kerja meningkat lebih cepat sehingga tarif per jam benar-benar turun.

Di tempat lain, saham perbankan Hong Kong memperpanjang kerugian dan mengikuti minggu terburuk mereka dalam lebih dari lima tahun di tengah kekhawatiran tentang paparan utang pemerintah daerah. Goldman Sachs telah menurunkan peringkat sektor ini.

Indeks Hang Seng turun 1,0 persen dan pasar di Korea Selatan KOSPI dan S&P/ASX 200 Australia turun sedikit lebih jauh.

Baca juga: Saham China dibuka melemah, indeks Shanghai tergelincir 0,25 persen
Baca juga: IHSG jelang akhir pekan melemah ikuti bursa kawasan Asia dan global
Baca juga: Saham Inggris rugi hari keempat, indeks FTSE 100 berkurang 2,17 persen

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2023