Rekomendasi kami adalah strategi tata kelola pemberdayaan pengungsi luar negeri di Indonesia yang mempercepat ke negara ketiga dan memungkinkan memberikan manfaat bagi masyarakat lokal
Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) merumuskan model pemberdayaan dan potensi strategi yang relevan bagi para pengungsi dari luar negeri di Indonesia.

Peneliti Pusat Riset Politik BRIN Tri Nuke Pudjiastuti mengatakan rumusan itu berupa peningkatan kapasitas yang dapat meningkatkan resiliensi, kemandirian, dan martabat sebagai bagian dari solusi ke negara ketiga, sekaligus bermanfaat bagi masyarakat dan negara Indonesia.

"Rekomendasi kami adalah strategi tata kelola pemberdayaan pengungsi luar negeri di Indonesia yang mempercepat ke negara ketiga dan memungkinkan memberikan manfaat bagi masyarakat lokal," ujarnya dalam sebuah lokakarya di Jakarta, Senin.

Nuke menuturkan rumusan itu punya tiga kata kunci yaitu mereka (pengungsi luar negeri) berdaya, mereka bermanfaat bagi masyarakat lokal, dan mereka bisa pergi melalui alternatif pathway.

Baca juga: Meredam konflik penting guna atasi "bom waktu" krisis pengungsi global

Menurutnya, ketiga kata kunci itu tidak bisa dipisahkan karena Indonesia bukan negara pihak dan posisi mereka adalah sebagai pengungsi.

Komisioner Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi atau United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) mencatat total pengungsi luar negeri di Indonesia mencapai 12.704 individu per Mei 2023.

Populasi pengungsi luar negeri berdasarkan negara asal tertinggi berasal Afganistan sebanyak 6.663 orang, Myanmar sebanyak 1.356 orang, Somalia sebanyak 1.250 orang, dan Irak sebanyak 614 orang.

"Kita bisa tahu total pengungsi menurun sebenarnya. Ada penambahan dari sisi Rohingnya, tetapi dari sisi total menurun di bawah 13.000 jiwa," kata Nuke.

Baca juga: Menlu angkat isu pengungsi Rohingya dalam pertemuan ASEAN-Australia

Nuke mengatakan para pengungsi luar negeri itu bukan warga negara asing reguler yang ke Indonesia, tetapi karena status menjadikan mereka tidak diperlakukan sama dan Indonesia tidak bisa begitu saja menyuruh mereka pergi lantaran Indonesia menganut asas non-refoulement.

Menurut UNHCR, pengungsi di Indonesia berada dalam situasi dan kondisi yang baik. Sebanyak 24 persen pengungsi dari luar negeri sedang dalam proses di negara resettlement dan ada 4 persen yang telah diberangkatkan dari Indonesia melalui program resettlement tersebut.

"Indonesia mengalami posisi yang sangat bagus karena negara lain masih kurang dari satu persen. Sementara itu kita berada pada posisi sudah empat persen," terang Nuke.

Terdapat tiga jalur alternatif atau pathway yang bisa mempercepat para pengungsi ke negara ketiga yaitu jalur sponsor pribadi, jalur pendidikan, dan jalur tenaga kerja.

Baca juga: Pelatihan bisnis untuk pengungsi Palestina diluncurkan

Melalui jalur sponsor pribadi itu tercatat ada 144 individu yang telah berangkat ke negara ketiga per Mei 2023.

UNHCR juga mencatat ada dua pengungsi ke Lithuania (LCC International University) dan dua pengungsi ke Amerika Serikat (Colombia University dan University of Minnesota).

Adapun alur tenaga kerja tercatat sebanyak empat pengungsi yang mendapatkan pekerjaan ke Australia dan sedang dalam proses persiapan visa untuk keberangkatan. Lalu, dua pengungsi mendapatkan pekerjaan di Kanada, salah satunya sudah berangkat ke Kanada pada Mei 2023.

"Ketiga pathway itu sudah ada praktik baik, namun belum banyak. Kita tidak punya persoalan dengan hak asasi manusia, ini menjadi lebih baik," pungkas Nuke.

Baca juga: Tim Rohingya kunjungi Myanmar untuk kemungkinan repatriasi

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023