Kualalumpur (ANTARA News) - Penyusup bersenjata Filipina menembak mati seorang tentara Malaysia, Selasa, dan ini merupakan kejadian pertama sejak serangan militer digencarkan oleh Pemerintah Malaysia di kawasan Sabah.

Tiga orang bersenjata juga tewas dalam bakutembak di negara bagian Sabah, Malaysia timur, di pulau Kalimantan itu, demikian kata Kepala Angkatan Bersenjata Zulkifeli Zin, yang menggarisbawahi ancaman maut penyerang dalam kemelut terbesar keamanan Malaysia sesudah bertahun-tahun.

Pihak berwenang tidak memberikan jumlah korban tewas keseluruhan dari ketegangan sebulan itu, tapi laporan dan pernyataan pemerintah menunjukkan angka sebelumnya 63 tewas sebelum bentrokan pada Selasa tersebut, kebanyakan dari mereka adalah penyusup.

Kelompok bersenjata itu, yang mendaku "tentara kerajaan" dari pengaku sultan Filipina, mendarat di Sabah pada bulan lalu untuk menegaskan pengakuan lama atas wilayah tersebut, yang membingungkan Malaysia dan memicu ketegangan ke hubungan kedua tetangga itu.

Setelah kebuntuan tiga pekan di desa tenang pertanian dikelilingi perkebunan kelapa sawit, kekerasan memicu serangan Angkatan Bersenjata Malaysia pada 5 Maret, yang membuat kelompok bersenjata itu bersembunyi di sekitar lahan pertanian dan di desa terdekat.

Polisi pada Selasa juga menyatakan memastikan bahwa gerilyawan tewas sebelumnya adalah salah satu pemimpin tertinggi kelompok itu, yang dikenali media massa Malaysia sebagai Haji Musa, mantan komandan Kubu Pembebasan Bangsa Moro (MNLF).

MNLF melancarkan pemberontakan melawan pemerintah Filipina di wilayah berpenduduk sebagian besar suku Moro di selatan sampai penandatanganan kesepakatan perdamaian pada 1996.

Delapan polisi tewas dalam bakutembak sebelumnya dan pasukan keamanan juga menembak mati seorang remaja pada akhir pekan lalu. Belum jelas apakah anak itu warga setempat atau terkait dengan gerilyawan.

Pihak berwenang juga menangkap sedikitnya 97 orang di seluruh negara bagian itu dan menyelidiki kemungkinan mereka terkait pada serangan tersebut. Mereka belum mengungkap rinciannya.

Pendukung Jamalul Kiram III, yang bermarkas di Manila dan pendukungnya menyatakannya ahli waris kesultanan Sulu, Filipina selatan, mengatakan sekitar 235 orang ikut dalam gerakan tersebut.

Manila ditekan untuk mencegah kematian warga Filipina, sementara ketidaksenangan warga Malaysia sangat mendukung tindakan keras tentara itu.

(B002)

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013