Makassar (ANTARA News) - Banjir besar dan tanah longsor menyebabkan Kota Sinjai, ibukota Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan, yang berpenduduk 200.000 jiwa lebih, kini terisolir karena semua akses jalan menuju kota itu tertimbun tanah longsor, jembatan putus, dan genangan air masih tinggi. Bupati Sinjai Andi Rudyanto Asapa yang dihubungi ANTARA dari Makassar, Senin pagi, mengatakan, selain mengisolasi ibukota kabupaten, banjir yang terjadi sejak Senin malam itu juga mengisolasi puluhan desa berikut belasan ribu jiwa penduduknya yang tersebar di empat kecamatan, yakni Sinjai Barat, Utara, Timur, dan Selatan. Terputusnya jalur darat menuju kota itu menyebabkan upaya pengiriman bantuan dan evakuasi para korban belum bisa dilakukan. Itu sebabnya, aparat belum bisa mengetahui nasib penduduk di desa-desa yang terisolasi itu. Tanpa menyebut nama desa-desa itu, Rudianto mengatakan, di Kecamatan Sinjai Timur sedikitnya ada empat desa yang terisolasi, Sinjai Utara tiga desa, Sinjai Selatan dua desa, dan Sinjai Barat dua desa. Di Sinjai Barat, sebuah jembatan putus terbawa banjir dan tanah longsor menutup badan jalan sehingga pintu masuk Sinjai dari arah Kabupaten Bone terputus total. Demikian juga di desa Tekolampe, Kecamatan Sinjai Kota terendam air sampai dua meter sehingga kendaraan dari arah Makassar tidak bisa masuk. Kepala Humas Pemkab Sinjai, Budi, mengemukakan, luapan air terus meningkat karena hujan deras masih terus mengguyur. Dikhawatirkan banjir semakin meluas, sementara upaya evakuasi belum bisa dilakukan karena keterbatasan peralatan, tenaga dan juga kondisi cuaca. "Di Sinjai kota saat ini, masyarakat mulai bertanya-tanya, apakah ini bukan tsunami, karena luapan air terus meningkat," ujar Budi yang mengatakan bahwa bencana banjir bandang seperti ini merupakan yang pertama kali terjadi di kota itu. Bupati Andi Rudianto mengatakan, banjir ini cukup besar karena hujan turun sangat deras yang mengakibatkan sungai-sungai yang bermuara di Sinjai seperti Sungai Tangka dan Sungai Apareng meluap dan terjadi air pasang di laut. Ribuan rumah di kota itu terendam, termasuk kantor bupati dan rumah dinas bupati Sinjai. Perkantoran dan sekolah, khususnya SD dan SMP diliburkan. Beberapa gedung sekolah yang tidak dijangkau banjir, kini digunakan untuk menampung pengungsi. Rudi mengaku bahwa pihaknya mengalami kesulitan melakukan pencarian korban dan evakuasi warga karena keterbatasan peralatan, karena itu, pihaknya sudah melaporkan hal itu ke pemerintah provinsi untuk mencari dukungan. Sementara itu, Kantor SAR Kota Makassar mengatakan bahwa pihaknya akan menurunkan delapan orang aparatnya Selasa siang ini yang akan diperkuat sejumlah mahasiswa Universitas Hasanuddin untuk membantu evakuasi korban. Kepala Kantor SAR Makassar, W Suparman, mengatakan bahwa pihaknya telah menerima laporan dari Nurjanah, seorang penduduk Sinjai Barat yang mengatakan beberapa desa di kecamatan itu terisolir karena tanah longsor dan jembatan putus, serta delapan orang hilang diduga terbawa arus.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006