Nanjing (ANTARA News) - Keamanan ditingkatkan pada Selasa saat klub sepak bola Jepang memainkan pertandingan di Nanjing, salah satu lokasi terburuk di mana pasukan Jepang melakukan kejahatannya saat melakukan invasi ke China pada 1930, yang masih berdampak pada pertandingan ini.

Sekitar 6.000 pasukan paramiliter dan polisi diterjunkan untuk pertandingan Liga Champions AFC antara klub Jepang Vegalta Sendai dan tuan rumah Jiangsu Sainty, yang berakhir dengan skor imbang 0-0 dan pertandingan dapat dilangsungkan tanpa terjadi aksi kekerasan.

Barisan polisi paramiliter memeriksa dengan ketat para penggemar China yang terlihat sangat emosional saat mereka memasuki stadion, yang dipadati oleh 45.000 pendukung Jiangsu dan sekitar 100 warga Jepang yang mendapat pengawalan ketat.

"Taklukkan orang Jepang kecil itu. Taklukkan orang Jepang kecil itu," teriak salah satu grup secara bersama-sama sambil mengibarkan bendera nasional China.

Runner up Liga China musim lalu ini menawarkan bonus besar kepada para pemainnya, yang mencapai empat juta yuan (640.000 dolar) jika mereka mampu mengalahkan tim Jepang itu, demikian dikonfirmasi ofisial klub kepada AFP.

Di luar hasil itu, terdapat banyak simbol kepentingan terhadap apa yang menjadi pertandingan senior putra pertama yang melibatkan tim Jepang di Nanjing, tempat di mana pasukan Jepang yang menginvasi melakukan pembantaian massal pada 1937.

"Ini bukan sekedar pertandingan, ini adalah pertandingan melawan orang Jepang dan ini bermakna segalanya," kata Wei Jingsu yang memegang bendera yang bergambar Sun Yat Sen, sosok bersejarah yang membentuk Republik China.

"Saya membawa bendera ini sebab hari ini merupakan perayaan kematian Sun Yat Sen, dan kami orang China tidak pernah melupakan sejarah, termasuk apa yang orang Jepang lakukan terhadap kami."

Hubungan antara China dan Jepang masih buruk akibat okupasi berdarah yang dilakukan Jepang di masa perang, termasuk pembantaian massal Nanjing di mana 300.000 warga sipil dan tentara meninggal dunia, menurut pihak China.

Sejumlah akademisi asing memperkirakan jumlah kematian sebenarnya lebih rendah daripada jumlah tersebut.

Beberapa pekan menjelang pertandingan ini, media China melaporkan bahwa terdapat rencana untuk memindahkan laga ini dari Nanjing Olympic Sports Centre yang berkapasitas 60.000 penonton ke lokasi lain di provinsi Jiangsu.

"Saya tidak suka orang Jepang sebab saya bangga berasal dari Nanjing, dan tidak seorang pun di Nanjing dapat melupakan apa yang telah terjadi," kata Cheng Yuming (24).

"Pertandingan ini sangat penting bagi kami."

Pertandingan ini dimulai tidak lama setelah para penonton secara spontan menyanyikan lagu kebangsaan China.

Sejumlah polisi berdiri dalam kelompok-kelompok besar di pintu masuk terowongan menuju lapangan, dan mereka ditempatkan beberapa meter dari lapangan untuk membatasi para penonton. Mereka berbaris di pinggir lapangan beberapa saat sebelum turun minum dan sebelum peluit akhir berbunyi.

Para pendukung Jepang ditempatkan di sepertiga bagian stadion di mana sepuluh blok kursi mengelilingi mereka, yang dijaga oleh sekitar 200 polisi.

Satu media China melaporkan bahwa Jepang telah meminta China untuk menjamin keselamatan tim tamu dan pendukungnya di kota tersebut.

Di luar lapangan, pasukan paramiliter mencegah siapapun yang berusaha memasuki sektor Utara stadion, di mana para pendukung Jepang ditempatkan.

Tingkat keamanan - yang sepuluh kali lebih tinggi daripada pertandingan normal Liga China yang dimainkan Jiangsu Sainty - membuat para pendukung Jepang tidak akan mendapat kontak apapun dari pendukung tuan rumah, memastikan hanya ada sedikit resiko aksi kekerasan.

Pada situsnya, Kedutaan besar Jepang di Beijing mencantumkan saran keselamatan bagi para pendukung yang melakukan perjalanan ke China untuk pertandingan Rabu antara Beijing Guoan dan klub Jepang Sanfrecce Hiroshima.

Mereka mengingatkan "demonstrasi-demonstrasi anti Jepang dan aktivitas-aktivitas lain "di China pada tahun lalu di tengah perselisihan kepulauan, sambil menambahkan, "Saat ini masih diperlukan sikap waspada untuk menahan diri dari berbicara dengan bahasa Jepang di jalan-jalan atau membuat anda tampil mencolok."

"Harap berhati-hati terhadap apa yang Anda ucapkan atau lakukan di China, di dalam dan di luar stadion, dengan memikirkan situasi terkini," tambahnya.

"Di saat Anda bersorak pada pertandingan, mohon bersoraklah dengan cara yang sopan tanpa mengejek tim atau penukung lawan, atau bersikap yang dapat melecehkan negara lawan."

(H-RF/D011)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013