Wartawan merupakan orang yang menggunakan bahasa dalam kehidupan sehari-hari dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah,"
Jakarta (ANTARA News) - Pakar bahasa dari Badan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dendy Sugono menilai wartawan merupakan pejuang kebahasaan karena profesi kewartawanan menuntut penggunaan bahasa secara benar dalam kehidupan sehari-hari.

"Wartawan merupakan orang yang menggunakan bahasa dalam kehidupan sehari-hari dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah," katanya usai seminar bertajuk "Kode Etik Jurnalistik dan Penggunaan Bahasa Dalam Pemberitaan Media" di Auditorium Adhiyana, Wisma Antara, Jakarta, Kamis.

Dendy mengatakan wartawan juga bisa mendorong orang lain untuk berperilaku sama dengannya. Jika wartawan berbahasa dengan baik, maka pembaca, pemirsa, serta pendengar juga akan menggunakan bahasa secara baik.

Menurut Dendy, pola pikir manusia dapat dilihat dari bahasa yang digunakan.

"Dari bahasa kita bisa melihat pola pikir manusia seperti apa karena keluaran bahasa itu sendiri beragam tergantung pemikirannya," katanya.

Dia menilai bahasa bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga alat berpikir.

"Kalau tidak ada bahasa bagaimana manusia berpikir. Dengan bahasa, manusia mengolah kata-kata menjadi informasi untuk kemudian menjadi pengetahuan. Itu melewati proses berpikir," katanya.

Dia juga meyakini bahasa Indonesia bisa mengikat seluruh wilayah NKRI karena memiliki peran yang strategis.

Namun, dia menyayangkan banyak ejaan dan pengucapan yang tidak tepat, terutama dalam penulisan di media.

"Bahasa jurnalistik harus mengikuti kaidah bahasa dengan baik dan benar dan bahasa itu sendiri tidak boleh mengandung prasangka," katanya.

Dalam kesempatan yang sama, pengamat politik dari Center for Strategic and International Studies (CSIS) J Kristiadi menilai bahasa merupakan pilar demokrasi, terutama bahasa di media.

"Jurnalistik sangat berkaitan dengan moral bangsa, terutama soal pendidikan berbahasa, bagaimana nilai ini bisa ditanam di setiap wartawan," katanya.

Kristiadi mengimbau media agar tidak terpengaruh oleh kepentingan tertentu.

"Gejala konfrontasi itu ada di mana-mana. Jika media memihak pada politik tertentu akan bubar, tunggu saja nanti," katanya.

(J010/S024)

Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013