Kuala Lumpur (ANTARA News) - Malaysia menjamin pihaknya akan menjaga perbatasannya untuk mencegah kelompok garis keras Islam di Thailand selatan menggunakan Malaysia sebagai pangkalan bagi operasi kekerasan mereka untuk mendirikan sebuah negara Muslim. Panglima Militer Thailand , Sonthi Boonyaratgiin, yang tiba di ibukota Malaysia, Senin, untuk kunjungan tiga hari, melakukan perundingan dengan Deputi PM Malaysia Najib Abdul Razak mengenai konflik yang meningkat di Thailand selatan. Konflik itu sering menimbulkan keretakan hubungan diplomatik antara kedua negara bertetangga itu. Dalam satu jumpa wartawan setelah pertemuan mereka, Najib, yang juga menteri pertahanan itu , mengatakan Malaysia tidak dapat mencampuri masalah dalam negeri Thailand. Pihaknya hanya dapat menjamin bahwa kelompok garis keras tidak dapat memasuki Malaysia untuk melakukan aksi perlawanan mereka. "Kami menjamin daerah perbatasan kami agar tidak menimbulkan kecurigaan bahwa mereka (kelompok garis keras) menggunakan wilayah kami untuk melancarkan operasi atau lapangan pelatihan militer. Sampai sekarang, tidak ada bukti bahwa hal ini terjadi," katanya seperti dikutip Kyodo. Banyak tuduhan ditujukan terhadap Malaysia, sebuah negara berpenduduk mayoritas Muslim, bahwa pihaknya menampung dan melatih gerilyawan. Malaysia membantah keras tuduhan-tuduhan itu. Yang terakhir dilakukan oleh gubernur Narathiwat Pracha Taerat, yang Kamis lalu menyatakan bom-bom yang digunakan dalam serangkaian serangan pekan lalu diselundupkan dari Malaysia. Narathiwat adalah salah satu dari tiga propinsi Thailand yang berbatasan dengan Malaysia utara. Menlu Malaysia Syed Hamid Albar menolak pernyataan itu dan menegaskan bahwa Thailand harus berhenti menyalahkan Malaysia setiap terjadi serangan.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006