Kerja sama ini akan membantu menurunkan emisi iklim dan menguntungkan kawasan Indo Pasifik secara luas.
Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Selandia Baru sepakat untuk memperpanjang kerja sama di bidang panas bumi dengan Pemerintah Republik Indonesia (RI) dalam rangka mengakselerasi pengembangan panas bumi dan mendukung transisi energi di Indonesia.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengapresiasi kepada Pemerintah Selandia Baru atas kerja sama dalam pengembangan panas bumi yang telah terjalin selama ini.

"Kami sangat bersyukur memiliki kerja sama yang baik dengan Pemerintah Selandia Baru melalui MFAT dan Kedutaan Besar Selandia Baru. Saya berharap usaha bersama yang telah terbangun ini dapat mengakselerasi pengembangan panas bumi di Indonesia dan menyediakan solusi yang berkelanjutan untuk mendukung transisi energi di Indonesia," kata Arifin saat konferensi pers, di Gedung Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis.

Pemerintah Selandia Baru, melalui Ministry of Foreign Affairs and Trade (MFAT), telah berkomitmen untuk memperpanjang kerja sama di bidang panas bumi untuk periode 2023-2028 dengan total rencana hibah sebesar 15,64 juta dolar Selandia Baru (NZD) atau setara Rp147,8 miliar.

Program kerja sama tersebut diberi nama Indonesia-Aotearoa New Zealand Geothermal Energy Programme (PINZ).

Dalam kesempatan tersebut, Arifin juga menegaskan komitmen Indonesia menuju dekarbonisasi juga didorong melalui fokus Presidensi G20 Indonesia dan pencapaian Bali Compact yang menjadi komitmen negara-negara G20 menuju transisi energi.

Selain itu, Indonesia juga diprediksi akan membutuhkan listrik sebesar 1.942 terawatt hour (TWh) pada 2060. Tantangannya ialah penyediaan listrik dari sumber energi terbarukan yang terjangkau, andal, dan berkelanjutan.

"Untuk meningkatkan pemanfaatan energi bersih, Indonesia akan membangun sekitar 700 gigawatt (GW) pembangkit listrik energi terbarukan, mengingat Indonesia memiliki sumber energi terbarukan yang melimpah, mencapai lebih dari 3.600 GW," katanya pula.

Menurut Arifin, Selandia Baru juga memiliki banyak sumber daya dan ahli dalam mengembangkan proyek panas bumi, termasuk pemanfaatan langsung dan inovasi dalam operasi panas bumi, seperti produksi hidrogen hijau dan carbon capture storage (CCS).

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Selandia Baru Nanaia Mahuta menyampaikan bahwa komitmen PINZ didasarkan pada pencapaian hingga saat ini dan selanjutnya akan memperluas akses Indonesia ke energi yang terjangkau, andal, dan bersih.

"Aotearoa Selandia Baru memperkuat dukungan terhadap sektor energi panas bumi Indonesia melalui investasi lanjutan dalam program PINZ. Kerja sama ini akan membantu menurunkan emisi iklim dan menguntungkan kawasan Indo Pasifik secara luas," ujar Mahuta.

Ia mengatakan tujuan dari program PINZ tersebut untuk meningkatkan kontribusi energi panas bumi dalam mewujudkan target energi terbarukan Indonesia melalui bantuan teknis dan peningkatan kapasitas.

"Komitmen sebesar 15,6 juta dolar Selandia Baru (NZD) ini akan membantu Indonesia mencapai target energi terbarukan melalui penyediaan bantuan teknis dan peningkatan kapasitas di tiga bidang utama, yaitu kerangka peraturan, eksplorasi panas bumi, dan peningkatan keterampilan dan kapasitas teknis tenaga kerja," katanya pula.

Adapun pendanaan tersebut akan diberikan selama lima tahun dan dibangun atas dasar hubungan baik yang sudah berlangsung lama antara Selandia Baru dan Indonesia dalam pengembangan panas bumi.

Kerja sama panas bumi antara Selandia Baru dan Indonesia pertama kali dimulai pada 1970-an dan merupakan bagian dari kerja sama energi terbarukan yang menjadi komitmen Selandia Baru dan Indonesia di bawah kemitraan komprehensif pada 2018.
Baca juga: El Nino bisa picu suhu Bumi capai terpanas tahun ini
Baca juga: PGE umumkan kerja sama strategis untuk pengembangan bisnis panas bumi

Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2023