Jakarta (ANTARA) - Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menekankan perlunya memajukan kerja sama yang inklusif antara Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dengan Uni Eropa (EU) guna mengatasi dinamika yang semakin kompleks.

"ASEAN dan EU harus terus memajukan kerja sama yang inklusif," kata Retno dalam Pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN bersama Uni Eropa di Jakarta, Kamis.

Retno mengatakan ASEAN dan EU telah menjalin kerja sama selama hampir setengah abad dan menjadi mitra strategis sejak 2020. Kemitraan tersebut, menurut dia, sedang diuji di tengah berbagai tantangan yang semakin besar.

Menlu Retno menyampaikan dua aspek penting dalam upaya mengatasi tantangan-tantangan tersebut, dan yang pertama adalah perlunya upaya untuk menjaga arsitektur kawasan yang inklusif.

ASEAN, kata dia, telah membuat investasi yang sangat besar untuk membangun arsitektur kawasan yang inklusif, dan upaya itu akan terus dilanjutkan.

Ia pun berharap Uni Eropa memiliki pandangan yang selaras mengenai paradigma kolaborasi yang inklusif.

"Ini adalah satu-satunya cara untuk mempertahankan perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran," ujarnya.

Pendekatan lain untuk mengatasi tantangan global yang semakin rumit adalah dengan upaya untuk memajukan kerja sama yang saling menguntungkan.

ASEAN dan Uni Eropa, menurut dia, memiliki potensi kerja sama yang sangat besar, dan keduanya merupakan mitra perdagangan terbesar ketiga untuk satu sama lain.

Keduanya juga memiliki perekonomian yang terintegrasi dengan lebih dari 450 juta konsumen di Uni Eropa dan lebih dari 650 juta konsumen di ASEAN.

Potensi tersebut, menurut Retno, tidak boleh dihambat oleh sejumlah kebijakan yang menjadi penghalang untuk perdagangan, seperti Regulasi Deforestasi Uni Eropa (EUDR) dan Regulasi Kayu Uni Eropa (EUTR).

Untuk itu, kedua pihak perlu mencari solusi bersama melalui mekanisme ASEAN-EU, seperti Joint Working Group on Palm Oil.

Baca juga: ASEAN dorong penguatan hubungan dengan Uni Eropa

Selain itu, menurut Menlu Retno, ASEAN dan Uni Eropa juga perlu memperkuat kemitraan strategis yang berbasis pada prinsip saling menghormati dan saling menguntungkan.

"Indonesia berharap kerja sama strategis ASEAN-EU dapat diperkuat dengan berlandaskan pada prinsip saling menghormati dan saling menguntungkan," kata ujarnya.

Pertemuan para Menlu ASEAN-EU itu juga menggarisbawahi pentingnya penyelesaian isu Laut China Selatan, dan keprihatinan atas situasi di Ukraina, dan Semenanjung Korea.

Sementara itu, sejumlah negara ASEAN juga menyampaikan keprihatinan atas pemberlakuan EUDR yang dianggap menghambat masuknya produk negara-negara ASEAN ke pasar Uni Eropa.

Pertemuan tersebut juga mendorong penyelesaian Perjanjian Perdagangan Bebas ASEAN-EU.

Sementara itu, Perwakilan Tinggi untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan/Wakil Presiden Komisi (HRVP) Joseph Borrell mengakui peran ASEAN sebagai pemain kunci global di abad ini, terutama di tengah rivalitas dan krisis global yang berlangsung.

Uni Eropa juga mendukung pentingnya penghormatan terhadap hukum internasional, terutama terkait isu Ukraina dan Laut China Selatan.

Borell juga menegaskan dukungan atas pendekatan ASEAN untuk penyelesaian isu Myanmar.

Baca juga: Uni Eropa dukung ASEAN untuk mengatasi krisis Myanmar

Baca juga: Jokowi: ASEAN-EU harus berkontribusi pada pemulihan ekonomi inklusif

Pewarta: Katriana
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2023