New York City (ANTARA) - Sebuah artikel yang diterbitkan National Public Radio (NPR) pada Selasa (11/7) menyebutkan bahwa Amerika Serikat (AS) berjanji kepada Ukraina akan memasok bom tandan (cluster bomb), yang pernah menewaskan banyak warga sipil di Laos.

Artikel tersebut mengutip data dari Departemen Pertahanan AS bahwa negara itu melakukan 580.000 pengeboman terhadap Laos dalam kurun antara 1964 hingga 1973. Dalam kurun waktu tersebut pesawat-pesawat AS menjatuhkan 2.093.100 ton artileri ke negara yang dikelilingi daratan itu.

Artikel itu juga mengungkapkan bahwa selama periode tersebut, tentara bayaran CIA dan pilot-pilot Angkatan Udara AS menjatuhkan bom tandan ke Laos. Sekitar 200.000 warga sipil dan tentara, atau sepersepuluh dari populasi Laos tewas, dan 50.000 warga sipil menjadi korban bom tandan.

Laporan NPR menyebutkan bahwa yang membuat bom tandan di Laos sangat berbahaya adalah bahwa sejumlah besar bom yang awalnya tidak meledak tetap mematikan selama beberapa dekade setelahnya.

"Karena bom-bom kecil itu dirancang untuk meledak sesaat sebelum menghantam tanah, tekanan atau gerakan yang sangat kecil dapat meledakkan bom yang belum meledak secara seketika. Menurut perkiraan, sebanyak 80 juta atau lebih dari 30 persen dari bom tandan yang dijatuhkan gagal meledak," urai artikel itu.

Hingga saat ini, Laos masih menjadi negara yang paling banyak dibom dalam sejarah dunia, menurut artikel tersebut.

Kurang dari 1 persen dari bom yang dorman telah dimusnahkan sejak perang berakhir di Laos, dan sekitar 20.000 warga sipil tewas terbunuh dalam periode yang sama. Artikel itu menjelaskan seiring jumlah bom dorman yang berangsur-angsur menurun, ribuan orang terus terbunuh, lumpuh, dan cacat, dengan setengah dari total korban tersebut adalah anak-anak.

 

Pewarta: Xinhua
Editor: Imam Budilaksono
Copyright © ANTARA 2023