Jakarta (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) meyakini bahwa kualitas sumber daya manusia Indonesia mampu bersaing dengan penduduk di dunia yang saat ini jumlahnya sekitar delapan miliar jiwa.

“Kalau melihat tren kita optimistis ya, karena trennya rata-rata, walaupun (tingkat pendidikannya) masih sembilan tahun, jumlah tenaga (kerja) profesional kita juga mulai meningkat,” kata Deputi Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN, Bonivasius Prasetya Ichtiarto di Jakarta, Sabtu.

Boni menyatakan kemampuan untuk bersaing itu terlihat dari tren dimana jumlah tenaga kerja Indonesia yang dikirim bekerja keluar negeri bukan lagi didominasi oleh Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang kurang berpengalaman, namun lebih banyak tenaga ahli dari berbagai bidang.

Baca juga: Wakil Ketua MPR sebut potensi SDM butuh sistem pendidikan yang tepat

Para profesional itu sudah banyak tersebar di negara-negara maju, seperti Jepang, Eropa dan Australia. Sebelumnya banyak TKW yang bekerja di Hong Kong, Taiwan dan Malaysia.

“Kita sudah mulai (mampu bersaing), artinya Indonesia sudah mulai mengambil peran. Belum lagi banyak tokoh kita yang masuk ke berbagai badan dunia seperti dalam skala ASEAN,” ucap Boni.

Dengan tren pekerja profesional semakin meningkat, diikuti dengan banyaknya penduduk usia produktif di Indonesia, Boni menilai tren peningkatan itu patut dijaga dengan cara meningkatkan kemampuan masyarakat dari level terbawah.

Pemerintah juga ikut membantu menyediakan berbagai pelatihan, sarana dan prasarana kerja bagi tenaga kerja supaya kemampuan mereka bisa seimbang dengan jumlah permintaan dunia yang meningkat.

Baca juga: Menko PMK: Stunting jadi neraka bagi pembangunan SDM RI

Baca juga: Airlangga nilai SDM produktif jadi kunci utama RI keluar dari MIT


Di Kementerian Ketenagakerjaan misalnya, kata Boni, telah disediakan balai-balai pelatihan yang biasa dikenal dengan Balai Latihan Kerja (BLK) yang memberi fasilitas berupa ruang untuk mengasah keterampilan.

Hal serupa juga dilakukan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).

“Perguruan tinggi juga sudah mulai dengan MBKM. Mereka sudah melihat ke depan juga, jadi kalau kita melihat nuansanya, lingkungan kita sudah bagus. Semua kementerian juga sudah bersiap menghadapi globalisasi dan tantangan persaingan di level dunia,” ujar Boni.

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2023