Kepedulian kita terhadap lingkungan dalam proses produksi tentunya menjadi perhatian kami. Tidak hanya produksi, tapi juga konsumsinya
Jakarta (ANTARA) - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) ikut memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2023 yang jatuh pada 5 Juni lalu dengan menanam 10 ribu tanaman obat secara serentak di seluruh Indonesia.

“Menanam pohon merupakan bagian dari gerakan-gerakan kita. Alhamdulillah dengan adanya UPT-UPT BPOM di seluruh Indonesia, kita bergerak menanam 10.000 pohon obat, sesuai dengan tempatnya masing-masing dan Insya Allah akan mendapatkan rekor MURI,” kata Kepala BPOM Penny K Lukito dalam konferensi pers di Jakarta, Minggu.

Penny menuturkan pengumpulan bibit pohon hingga bisa terlaksana memerlukan proses yang amat panjang. Namun dengan adanya keterlibatan aktif dari semua pihak, acara tersebut bisa diselenggarakan serentak hingga ke pelosok kabupaten/kota.

Diketahui jenis tanaman obat yang ditanam adalah pohon pala, mengkudu, dan daun kelor. Penanaman ribuan pohon itu, turut dihadiri oleh kementerian/lembaga terkait seperti perwakilan dari Kementerian Kesehatan, Kementerian Pertanian, dan Bappenas.

Melalui kegiatan itu, lanjutnya, BPOM ingin masyarakat mengetahui, selain diamanatkan sebagai regulator sekaligus pengawas dalam industri pembuatan maupun peredaran obat dan makanan, BPOM juga ikut mempunyai andil dalam menjaga lingkungan tetap berkelanjutan.

Andil yang dimaksud adalah menjaga supaya rantai pasok (supply chain) bagi industri obat dan makanan, tetap tersedia dan berkelanjutan serta menjaga bahan baku agar tetap aman, berkhasiat, dan bermutu.

Baca juga: KI Pusat-BPOM gelar forum keterbukaan informasi publik obat-makanan

Dengan menekankan sustainable product and consumption (produk dan konsumsi berkelanjutan), BPOM ingin setiap pelaku industri menyadari jika proses produksi dapat memberikan risiko pada lingkungan, misalnya lingkungan terkontaminasi bahan-bahan berbahaya. Hal itu terlihat pada  kasus keracunan obat sirop pada anak akibat adanya kandungan Etilen Glikol (EG) dan Dietilen Glikol (DEG) yang menyebabkan gagal ginjal akut.

Menurutnya, bila proses produksi tidak difasilitasi dengan baik dan produsen memilih untuk membuang limbah ke badan air,  akan memicu pencemaran air atau pencemaran udara yang membahayakan kualitas lingkungan.

Belajar dari pengalaman itu Penny mengingatkan kepada seluruh pihak, khususnya produsen dalam industri obat dan makanan, untuk menjaga kelestarian alam dan tidak egois mengadakan aktivitas produksi yang berisiko merusak lingkungan.

“Kepedulian kita terhadap lingkungan dalam proses produksi tentunya menjadi perhatian kami. Tidak hanya produksi, tapi juga konsumsinya. BPOM bisa berperan untuk memberikan insentif sebagai regulator. Kita tidak meregulasi karena sudah ada kementerian terkait, tapi BPOM memberikan intensif pada saat kita meregulasi produk-produk di dalam pengawasan BPOM,” ujarnya.

Dengan demikian ia mengajak seluruh masyarakat untuk berkontribusi terhadap permasalahan yang dihadapi bersama, termasuk permasalahan peradaban anak cucu bangsa pada masa depan.

“Kita harus ikut tercebur melakukan hal-hal yang positif untuk melindungi lingkungan,” ujar Penny.

Baca juga: BPOM gandeng KIP ajak pelaku usaha aktif lakukan keterbukaan informasi
 

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023