Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis jantung yang tergabung dalam Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) dr Sisca Natalia Siagian, SpJP(K) mengatakan anak dengan penyakit jantung bawaan (PJB) sulit untuk makan sehingga berisiko terganggu tumbuh kembangnya.

"Anak PJB dengan keluhan berat seperti sesak napas kadang-kadang enggak gampang minta dia makan, untuk mendapatkan asupan (makanan) cukup agak susah," kata dia yang berpraktik di RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita itu di Jakarta, Senin.

PJB merupakan kelainan pada struktur atau fungsi jantung yang bisa ditemukan sejak seorang anak lahir. Kelainan ini bisa sangat bervariasi, secara anatomi misalnya seperti terganggunya sekat atau dinding jantung (tidak ada sekat malah ada lubang) atau pembuluh darah keluar dari jantung yang menyempit.

Baca juga: Ahli: Optimalkan asupan gizi pada anak PJB guna cegah gizi kurang

Menurut Sisca, PJB diidentifikasi sebagai salah satu penyebab kematian tersering pada satu tahun pertama kehidupan. PJB yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak juga meningkatkan risiko terjadinya stunting.

Stunting merupakan gagal tumbuh akibat kurangnya asupan gizi kronis yang dalam jangka pendek bisa menyebabkan terganggunya perkembangan otak, metabolisme dan pertumbuhan fisik pada anak.

"Pasien PJB dengan malnutrisi kronis, ini bisa mengakibatkan stunting. Terganggunya tumbuh secara kronis mengakibatkan bukan hanya berat badan kurang tetapi juga tinggi badan," kata Sisca.

Dia mengatakan, stunting dapat dicegah dengan deteksi dini dan pengelolaan yang tepat terhadap PJB untuk mencegah stunting dan memastikan pertumbuhan dan perkembangan yang optimal pada anak-anak.

"Memastikan stunting yang mana penyebabnya PJB. PJB diobati, didiagnosis secepatnya, kita berharap stuntingnya akan tertangani," kata dia.

Baca juga: Kenali tanda dan gejala penyakit jantung bawaan pada anak

Sisca bersama tim dari RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita bekerja sama dengan Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Rumah Sakit Universitas Indonesia, dan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI-AU) dijadwalkan akan mengevaluasi angka stunting yang disebabkan PJB di Kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara pada 20-21 Juli 2023.

Ini menjadi bagian dari salah satu bentuk pengabdian dokter jantung dan pembuluh darah Indonesia di salah satu pulau terluar Indonesia itu yang dikatakan kekurangan tenaga medis untuk melakukan pelatihan layanan kesehatan jantung, kendala jarak dan sebagainya.

"Kita nanti mengevaluasi, mencari tahu di sana kira-kira berapa persen stunting yang disebabkan PJB dan membantu dokter melakukan deteksi dini dengan baik sehingga pengobatan bisa dilakukan lebih cepat," demikian kata Sisca.

Baca juga: Menkes: 12.500-15.000 bayi baru lahir alami penyakit jantung bawaan

Ketua Pelaksana Pengabdian Masyarakat dan Riset Kardiovaskular Kabupaten Pulau Morotai dr. Ade Meidian Ambari, SpJP, FIHA, mengatakan, rangkaian kegiatan yang akan dilakukan juga meliputi pelatihan dan peningkatan kompetensi secara gratis bagi tenaga medis, seperti Advanced Cardiac Life Support (ACLS), Basic Cardiac Life Support (BCLS), Bantuan Hidup Dasar (BHD), pelatihan EKG dasar dan kegawatan kardiovaskular.

Dia dan tim berharap kegiatan ini dapat meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan masyarakat di Kabupaten Morotai tentang faktor risiko penyakit kardiovaskular serta deteksi dini penyakit jantung reumatik dan kongenital, sehingga bisa membantu menurunkan angka kejadian penyakit kardiovaskular dan juga stunting di Kabupaten Pulau Morotai.

Baca juga: Dokter: Pantau bising jantung bayi untuk cegah sakit jantung bawaan

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2023