Kairo, Mesir (ANTARA News) - Tim Aju kemanusiaan Indonesia pada Senin subuh pukul 05.30 waktu setempat (10.30 WIB) tiba di ibukota Mesir, Kairo, setelah menempuh perjalanan darat dan laut selama 12 jam dari Amman, Yordania.

Dari Mesir dilaporkan, perjalanan tim kemanusiaan menuju Mesir  itu juga harus melalui pemeriksaan sangat ketat dari pihak berwenang untuk pengecekan keamanan.

Saat tiba di Kota Taba, sebuah daerah pelabuhan kecil, selain pengecekan keimigrasian, anggota tim --khususnya dari kalangan wartawan--masih harus diperiksa alat perlengkapan yang dibawa, seperti kamera televisi, untuk dicocokkan dengan data yang sudah masuk di Kementerian Luar Negeri Mesir.

Malahan, pada saat tengah malam itu, seluruh anggota delegasi diharuskan berkumpul di tempat yang sepertinya untuk berteduh guna diambil foto, yang dilakukan aparat berwenang dan diyakini dari pihak intelijen.

Yang justru mengagetkan, adalah munculnya perempuan berambut pirang yang belakangan diketahui tidak berbahasa Arab Mesir, namun justru berbahasa Inggris dengan aksentuasi yang disebut dr Jose Rizal Jurnalis, SpOT, Presidium "Medical Emergency Resque Commitee" (MER-C) Indonesia sebagai "amat bergaya Texas".

Awalnya, perempuan setengah baya itu dikira warga asing yang sedang ada keperluan di Mesir dan menumpang kapal feri, seperti yang dilakukan tim aju kemanusiaan Indonesia, yang membawa bantuan kemanusiaan berupa obat-obatan untuk disalurkan kepada rakyat Palestina.

Namun, ketika perintah dari aparat berwenang, yang disebut "prosedur imigrasi" itu dilakukan, yakni mengambil foto semua anggota delegasi, ternyata perempuan dimaksud juga ikut mengambil foto, sekurangnya tiga kali "jepretan".

Usai menyelesaikan prosedur keimigrasian di Pelabuhan Taba --setelah menyebrang dari Teluk Aqabah di Yordania dengan feri--meski dikawal oleh kepolisian setempat untuk menuju Kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kairo, namun beberapa kali bus yang membawa tim masih harus mendapatkan pemeriksaan di pos-pos penjagaan yang dilalui.

Sekitar pukul 08.00 waktu setempat (11.00 WIB), seluruh anggota tim diterima langsung oleh Dubes RI untuk Mesir A.M. Fachir di Wisma Indonesia.

Anggota tim aju yang hadir adalah Kepala Pusat Pengendalian Krisis (PPK) Depkes dr Rustam S Pakaya, MPH, Direktur Urusan Timur Tengah Deplu Aidil Chandra Salim, dr Lucky Tjahjono (PPK Depkes), Presidium MER-C dr Joserizal Jurnalis, SpOB, dr Mohammad Mursalim (MER-C), dr Agus Kooshartoro dari Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI), dr Basuki Supartono (BSMI) dan dr Arif Rahman (Muhammadiyah).

Dalam kesempatan tersebut, Dubes A.M. Fachir memberikan gambaran bagaimana situasi di perbatasan Mesir untuk masuk ke Jalur Gaza kini agak sulit, khususnya setelah tentara Israel mulai masuk ke Gaza.

Ia menjelaskan bahwa rencana semula, tim kemanusiaan akan dibawa ke Rafah, perbatasan Mesir untuk masuk Gaza melalui El-Arish, namun kini pihak berwenang di Mesir menyatakan bahwa di El-Arish warganya sudah mulai meninggalkan kota itu.

Namun, pada pukul 11.00 waktu setempat, Dubes bersama 10 anggota delegasi akan diterima Asisten Menteri Luar Negeri Mesir, dan diharapkan akan ada "sinyal hijau" agar delegasi dari Indonesia bisa mendapatkan akses untuk dapat masuik Jalur Gaza.

"Insya Allah semua harapan dan aspirasi dari pemerintah dan rakyat Indonesia untuk memberikan bantuan kemanusiaan ini bisa difasilitasi oleh pemerintah Mesir," kata A.M. Fachir.  (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009