Pasar fokus pada akhir siklus pengetatan FOMC
Singapura (ANTARA) - Dolar terhuyung-huyung mendekati level terendah lebih dari satu tahun terhadap mata uang utama lainnya di awal sesi Asia pada Selasa pagi, karena investor menunggu katalis baru untuk mengukur apakah greenback memiliki penurunan lebih lanjut setelah laporan inflasi AS yang lebih dingin dari perkiraan minggu lalu.

Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata uang saingannya, turun sedikit menjadi 99,84 pada awal perdagangan Asia, setelah jatuh ke level terendah sejak April 2022 pada Jumat (14/7/2023).

Indeks juga mencatat minggu terburuk 2023 minggu lalu, setelah data menunjukkan inflasi AS mereda lebih lanjut dengan harga konsumen mencatat kenaikan tahunan terkecil mereka dalam lebih dari dua tahun, menghentikan tekanan pada Federal Reserve untuk terus menaikkan suku bunga.

"Saya pikir dolar bisa bertahan di bawah tekanan jual," kata Carol Kong, ahli strategi mata uang di Commonwealth Bank of Australia. "Pasar fokus pada akhir siklus pengetatan FOMC."

Terhadap greenback, euro mencapai tertinggi baru 17 bulan di 1,1256 dolar, sementara sterling naik 0,15 persen menjadi 1,3094 dolar, tidak jauh dari puncak minggu lalu di 1,3144 dolar, juga tertinggi sejak April 2022.

Pasar uang sebagian besar memperkirakan kenaikan suku bunga 25 basis poin dari The Fed pada pertemuan kebijakannya akhir bulan ini, meskipun melihat suku bunga akan turun pada awal Desember.

Sebaliknya, investor memperkirakan Bank Sentral Eropa dan Bank Sentral Inggris untuk melangkah lebih jauh dalam siklus kenaikan suku bunga mereka.

Di tempat lain, yen Jepang naik tipis menjadi 138,66 per dolar dan tetap lebih dari 4,0 persen dari level terendah tujuh bulan yang dicapai bulan lalu.

Bank Sentral Jepang (BoJ) akan mengadakan pertemuan kebijakan moneternya minggu depan, dengan investor menunggu apakah bank sentral akan mulai menghapus sikap kebijakan ultra-dovish-nya.

"Semakin banyak pelaku pasar memperkirakan peluang BoJ memperluas rentang perdagangan kebijakan kontrol kurva imbal hasil sebesar 25 basis poin pada pertemuan berikutnya," kata Ryota Abe, ekonom di SMBC.

Dalam mata uang lain, dolar Australia memangkas beberapa kenaikan sebelumnya setelah risalah pertemuan kebijakan Juli bank sentral Australia, Reserve Bank of Australia, menunjukkan keputusan untuk mempertahankan suku bunga ditahan karena kebijakan jelas membatasi.

Aussie terakhir 0,07 persen lebih tinggi pada 0,6821 dolar AS.

Dolar Selandia Baru berbalik dari kerugian sesi sebelumnya, naik 0,1 persen menjadi 0,6332 dolar AS.

Mata uang Antipodean, sering digunakan sebagai proksi likuid untuk yuan China, telah merosot pada Senin (17/7/2023) setelah data PDB kuartal kedua China menunjukkan ekonomi terbesar kedua di dunia itu tumbuh pada kecepatan lemah karena penurunan permintaan di dalam dan luar negeri.

Yuan di pasar luar negeri sedikit lebih tinggi menjadi 7,1749 per dolar.

"Semua orang hanya menunggu pihak berwenang (China) mengeluarkan langkah-langkah konkret," kata Khoon Goh, kepala penelitian Asia di ANZ.

"Retorika yang keluar dari pemerintah, dalam arti tertentu, mengatakan mereka ingin mendukung pertumbuhan, tapi saya pikir untuk pasar, mereka sebenarnya ingin melihat tindak lanjut, tindakan nyata, untuk mendukung kata-kata itu."

Baca juga: Pelemahan dolar melambat karena investor tunggu putusan Fed
Baca juga: Yuan China turun tipis 8 basis poin jadi 7,1326 terhadap dolar AS
Baca juga: Dolar hentikan penurunan di awal sesi Asia jelang sejumlah data China

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2023