Madiun (ANTARA) - Pemerintah Kota Madiun, Jawa Timur, telah mendeklarasikan wilayah setempat sebagai "Kota Pendekar".

Pemberian predikat "Kota Pendekar" itu bukan tanpa alasan. Di balik slogan tersebut terdapat makna dan harapan tinggi yang ingin diwujudkan oleh para pemangku kepentingan di wilayah itu.

Wilayah Kota dan Kabupaten Madiun dikenal sebagai "gudangnya" perguruan pencak silat. Terdapat 11 pimpinan pengurus perguruan pencak silat di Kota Madiun, sedangkan di Kabupaten Madiun terdapat 14 perguruan pencak silat. Bahkan, Kota Madiun merupakan basis atau pusat pimpinan dari sejumlah perguruan pencak silat tersebut.

Kondisi Madiun sebagai gudangnya perguruan pencak silat tersebut bagaikan dua sisi mata pisau dalam dua posisi berseberangan, yakni manfaat positif, sekaligus efek negatifnya. Sisi negatif itu, adalah potensi konflik antarperguruan.

Agenda yang paling menjadi perhatian adalah tradisi "Suroan", yakni perayaan menyambut Tahun Baru Islam, 1 Muharam, yang dirayakan oleh anggota silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT). Dalam momen Suroan, terdapat kegiatan pengesahan warga baru dan ziarah ke makam pendiri perguruan di wilayah Kelurahan Pilangbango dan Nambangan Kidul, Kota Madiun.

Kemudian, agenda "Suran Agung" yang merupakan tradisi milik Persaudaraan Setia Hati Tunas Muda Winongo. Dalam Suran Agung tersebut, juga ada pengesahan anggota baru dan ziarah makam pendiri perguruan di Kelurahan Winongo, Kota Madiun.

Setiap tahun, saat tradisi Suroan maupun Suran Agung, selalu menjadi antisipasi bagi aparat keamanan. Aparat kepolisian yang dibantu oleh personel TNI, merepresentasikan hadirnya negara untuk pengamanan wilayah. Berkat kesigapan aparat negara itu, efek negatif bisa ditekan sehingga kondisi keamanan secara umum tetap terpelihara.

Dalam kegiatan Sarasehan Persiapan Pengamanan 1 Muharram/1 Suro 1445 Hijriah/2023 Masehi, forkopimda dan pengurus perguruan pencak silat di Kota dan Kabupaten Madiun sepakat untuk menggelar tradisi Suroan di wilayah setempat dengan aman dan damai, yang diwujudkan dengan penandatanganan maklumat bersama.

Dalam maklumat tersebut terdapat 23 item yang telah disepakati dan dilarang untuk dilanggar, di antaranya kegiatan Suroan oleh PSH Terate dan Suran Agung oleh PSH Tunas Muda Winongo hanya dihadiri perwakilan 10 orang, dari masing-masing daerah.

Kesepakatan berikutnya, rombongan harus menggunakan identitas dan asal wilayah di kendaraan. Selain itu, peserta dilarang keluar dari rombongan pengawalan, serta dilarang mengunggah konten yang memuat provokasi di media sosial.

Bagi oknum yang melanggar aturan akan ditindak secara tegas, sesuai perundang-undangan yang berlaku, serta akan dikeluarkan dari perguruan pencak silat tersebut. Hasilnya, semua telah sepakat, mendengar dan mematuhi dari maklumat itu.

Melalui Operasi Aman Suro 2023, Kepolisian Resor Madiun Kota menyiagakan 1.500 personel gabungan guna mengamankan perayaan Tahun Baru Islam 1445 Hijriah atau malam 1 Suro oleh para pesilat di wilayah setempat.

Sebanyak 1.500 personel tersebut merupakan gabungan dari anggota polres jajaran Korwil V, yang meliputi Polres Madiun Kota, Polres Madiun, Polres Ngawi, Polres Magetan, dan Polres Ponorogo, serta dari Polda Jatim. Pengamanan juga ditambah personel dari TNI setempat.

Sementara itu belasan perguruan pencak silat dengan jumlah anggota yang sangat banyak tersebut mengandung sisi positif dan potensi besar dan merupakan wujud keunikan dari Madiun yang tidak dimiliki oleh daerah lain.

Kondisi itulah yang ingin diangkat oleh Pemerintah Kota Madiun. Dengan menggandeng lembaga terkait lainnya, slogan Kota Madiun sebagai Kota Pendekar akhirnya lahir.

Melalui Kota Pendekar, Forkopimda Kota Madiun ingin menciptakan sisi lain dari tradisi Suro yang menyenangkan, harmoni, dan dapat dinikmati masyarakat.

Pendekatan dan sosialisasi tentang makna dari Kota Pendekar terus dilakukan kepada para pengurus perguruan pencak silat yang harapannya menurun pada warga atau anggotanya.

Para pesilat diajak untuk memiliki komitmen yang sama, yakni mewujudkan perayaan tradisi Suroan yang aman dan damai setiap tahunnya, saat menyambut tahun baru islam. Demikian juga dengan Suroan dalam rangka Tahun Baru Islam 1 Muharam 1445 Hijriah tahun 2023 yang jatuh pada tanggal 19 Juli ini.


Kota kreatif

Keunikan Kota Madiun yang memiliki belasan perguruan pencak silat, berikut ribuan anggotanya, hingga berjuluk sebagai Kota Pendekar diakui oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno merupakan potensi yang bisa dikembangkan untuk menjadi kabupaten/kota (KaTa) kreatif. Keunikan itu dapat dikembangkan sebagai potensi ekonomi kreatif (ekraf).

Seperti diketahui, Kemenparekraf telah mengembangkan Program Pengembangan Kabupaten/Kota (KaTa) Kreatif Indonesia untuk mendorong daerah agar lebih inovatif, adaptif, dan kolaboratif dalam meningkatkan kinerja ekonomi kreatif demi memajukan kesejahteraan masyarakat di wilayah masing-masing.

Kemenparekraf mencatat Kota Madiun memiliki potensi subsektor ekonomi kreatif untuk menjadi kota kreatif yang dikemas dalam konsep "Kota Pendekar" atau "Warrior City".

Hal itu dilihat melalui keberadaan belasan perguruan pencak silat di wilayah setempat yang memiliki keunikan masing-masing dan dapat dikembangkan menjadi seni pertunjukan yang menarik.

Tentu, memerlukan upaya serius dan panjang untuk mewujudkan mimpi dan harapan itu. Sebab, masih dibutuhkan kegiatan uji petik dan penilaian lainnya untuk ditetapkan sebagai kota kreatif.

Namun, niat itu bukanlah hal mustahil, selama semua pihak berkomitmen dan memiliki keinginan sama untuk mengangkat potensi yang sejatinya bernilai luhur dan mampu menggerakkan perekonomian daerah yang muaranya adalah kesejahteraan masyarakat.

Terlebih penting lagi, diperlukan kesadaran para insan pendekar di Madiun agar ikhlas menanggalkan sikap fanatik korps yang berlebihan dan memiliki pemikiran positif untuk mengenalkan keunikan masing-masing perguruan silatnya menjadi tontonan kreatif yang disukai orang.

Upaya menjadikan Kota Madiun menjadi kota kreatif dengan pertunjukan seni silat diperlukan strategi komprehensif yang melibatkan banyak elemen, mulai dari forkopimda, masyarakat, hingga insan perguruan pencak silat sendiri.

Diharapkan dengan kerja keras dan tekad besar dari semua elemen, mimpi indah tersebut dapat terwujud dan mampu menjungkirbalikkan penilaian masyarakat dari citra tradisi Suroan di Madiun.

Tahun Baru Hijriyah hendaknya menjadi momentum untuk hijrah dan menjadikan semua tradisi silat di Madiun menjadi ikon pertunjukan yang menarik dan mampu menyedot wisatawan untuk datang. Tradisi Suroan akan menjadi momen yang ditunggu banyak pihak dan ajang adu kreasi dari para pesilat.

 

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2023