New York (ANTARA) - Harga minyak naik lebih dari satu persen pada akhir perdagangan Selasa, setelah China mengatakan akan bertindak untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di importir minyak terbesar dunia itu dan harapan Federal Reserve AS akan segera berhenti menaikkan suku bunga serta perkiraan penurunan produksi di AS.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus terangkat 1,60 dolar AS atau 2,2 persen, menjadi menetap pada 75,75 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September menguat 1,13 dolar AS atau 1,4 persen, menjadi ditutup pada 79,63 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

Itu memangkas premi Brent atas WTI ke level terendah sejak akhir Mei. Premi yang lebih kecil membuat kecil kemungkinan perusahaan-perusahaan energi akan menghabiskan uang untuk mengirim kapal ke AS buat mengambil kargo minyak mentah untuk diekspor.

Baca juga: Harga minyak naik tipis di Asia jelang data stok minyak mentah AS

Di AS, beberapa berita ekonomi selama sekitar seminggu terakhir, termasuk laporan Selasa (18/7/2023) yang menunjukkan penjualan ritel naik kurang dari yang diharapkan pada Juni, telah meningkatkan ekspektasi Fed akan menghentikan kenaikan suku bunga setelah kenaikan 25 basis poin yang diperkirakan secara luas pada pertemuan 25-26 Juli.

"Dengan sektor manufaktur melemah dan inflasi menunjukkan tanda-tanda pelambatan yang menggembirakan, kenaikan suku bunga Federal Reserve Juli yang diantisipasi secara luas mungkin menjadi yang terakhir," kata analis di bank ING dalam sebuah catatan.

Suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan biaya pinjaman dan dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi serta mengurangi permintaan minyak.

Setelah memposting data produk domestik bruto yang lamban di awal pekan, perencana ekonomi utama China berjanji akan meluncurkan kebijakan untuk "memulihkan dan memperluas" konsumsi tanpa penundaan.

Pedagang energi memperkirakan "pasar minyak akan tetap ketat karena pengiriman Rusia turun dan karena China bersiap untuk memberikan lebih banyak dukungan kepada rumah tangga," kata Edward Moya, analis pasar senior di perusahaan data dan analitik OANDA.

Baca juga: Minyak naik tipis di awal sesi Asia karena pasokan AS tampak mengetat

Namun, Ketua Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva mengatakan kepada para pemimpin keuangan negara-negara Kelompok 20 bahwa prospek pertumbuhan jangka menengah masih lemah.

Di sisi pasokan, produksi minyak serpih AS kemungkinan akan turun pada Agustus untuk pertama kalinya sejak Desember, proyeksi dari Badan Informasi Energi AS (EIA) menunjukkan.

Ke depan, pasar minyak sedang menunggu data persediaan minyak AS dari American Petroleum Institute (API), sebuah kelompok industri, pada Selasa waktu setempat dan EIA pada Rabu.

Para analis dalam jajak pendapat Reuters memperkirakan penarikan 2,4 juta barel dari stok minyak mentah AS selama pekan yang berakhir 14 Juli.

Jika benar, itu akan menjadi penurunan stok minyak mentah keempat dalam lima minggu, dibandingkan dengan penurunan 0,4 juta barel pada minggu yang sama tahun lalu dan kenaikan rata-rata lima tahun (2018-2022) sebesar 1,9 juta barel.

"Aksi harga minyak mentah menunjukkan prospek pasar bullish pada stok minyak mentah dan jumlah persediaan ... pedagang tertarik untuk mengamati dampak suhu panas yang dirasakan dalam beberapa minggu terakhir pada pasokan minyak mentah," analis di perusahaan konsultan energi Gelber and Associates mengatakan dalam sebuah catatan.

Gelombang panas meningkat di seluruh Eropa Selatan dan Timur, Asia, dan sebagian besar AS ketika Organisasi Meteorologi Dunia memperingatkan tentang peningkatan risiko kematian akibat cuaca ekstrem.

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2023