Gandhinagar, India (ANTARA) - Aktivitas ekonomi global melambat, terutama di sektor manufaktur, dan prospek pertumbuhan jangka menengah tetap lemah, ketua Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan kepada para pemimpin keuangan negara-negara Kelompok 20 pada Selasa (18/7/2023).

Ketua IMF Kristalina Georgieva, berbicara kepada para menteri keuangan dan gubernur bank sentral G20 di negara bagian Gujarat, India Barat, mengatakan perbedaan dalam kekayaan ekonomi negara-negara menjadi perhatian yang terus-menerus.

Inflasi akhirnya cenderung menurun, katanya, meskipun "inflasi utama masih terlalu tinggi dan inflasi inti tetap kaku meskipun ada pengetatan kebijakan moneter yang signifikan."

Namun, inflasi bisa tetap lebih tinggi lebih lama dan membutuhkan lebih banyak pengetatan kebijakan, ia memperingatkan.

Baca juga: Ketua IMF perkirakan pertumbuhan global 3 persen lima tahun ke depan

"Meskipun ada kemajuan, pekerjaan belum selesai - kebijakan moneter harus tetap berada di jalurnya. Perayaan yang terlalu dini dapat membalikkan keuntungan yang diperoleh dengan susah payah sejauh ini dalam proses disinflasi."

Menurunkan inflasi adalah prioritas utama bagi negara-negara, kata Georgieva, bersama dengan upaya seperti membangun kembali penyangga fiskal dan reformasi peningkatan pertumbuhan.

“Untuk mendukung upaya reformasi ini, IMF juga akan memperluas pekerjaannya dalam memobilisasi sumber daya dalam negeri, meningkatkan kualitas belanja negara, membangun pasar modal yang dalam dan memperbaiki lingkungan untuk investasi swasta – baik domestik maupun asing,” katanya.

Ia menekankan perlunya memperkuat jaring pengaman keuangan global, termasuk meninjau sumber daya kuota IMF, penting untuk memastikan prediktabilitas daya tembak IMF yang telah menyusut secara relatif.

Ketua IMF juga menyoroti kemajuan yang dibuat dalam memulihkan keberlanjutan utang menyusul kesepakatan baru-baru ini tentang restrukturisasi utang Zambia.

Meski demikian, "proses restrukturisasi utang tetap harus lebih cepat dan efektif," katanya. "Biaya keterlambatan dalam mencapai kesepakatan tentang penanganan utang yang dibutuhkan ditanggung secara akut oleh negara-negara peminjam dan rakyatnya, yang paling tidak mampu menanggung beban ini."

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2023