Jakarta (ANTARA News) - Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Hartadi A. Sarwono mengatakan, pengembalian utang Indonesia kepada Dana Moneter Internasional (IMF) tidak sepenuhnya dalam dolar AS karena mata uang yang digunakan tergantung dari permintaan lembaga internasional itu. "Itu tergantung aturan mereka. Bisa saja mereka meminta agar sekian persen dengan dolar AS, sekian persen dengan yen, dan lainnya. IMF kan lembaga internasional," kata Hartadi di gedung DPR/MPR Jakarta, Rabu. Menurut dia, hal tersebut bukan merupakan masalah bagi Indonesia karena cadangan devisa RI juga beragam baik dalam dolar AS maupun dalam yen Jepang. "Itu bukan masalah, tinggal kita bayar sesuai dengan permintaan IMF," kata Hartadi yang juga menjelaskan bahwa perhitungan pembayaran utang itu didasarkan atas kurs yang berlaku saat ini, bukan pada waktu peminjaman. Ia menyebutkan, pihaknya akan segera menindaklanjuti keputusan pemerintah untuk mempercepat pembayaran utang kepada IMF sebesar 50 persen. "Kita tunggu mekanisme dari pemerintah untuk membayarkan yang 50 persen dari total utang saat ini sekitar 7,5 miliar dolar AS. Administrasinya kita tinggal memberitahukan kepada IMF kapan akan dibayar, dan setelah itu tinggal melakukan saja," katanya. Berbeda dengan utang biasa yang sudah memiliki jadwal pembayaran, jelasnya, maka ketika Indonesia akan mempercepat pembayaran utang kepada IMF, pembayarannya akan tergantung kepada kapan Indonesia memberitahukan atau menjanjikan pembayaran kepada IMF. "Kalau utang biasa, kita tinggal membayar sesuai jadwal yang sudah ada," katanya. Ditanya apakah pembayaran utang itu dalam jangka pendek akan berpengaruh kepada kurs rupiah terhadap dolar AS, dengan tegas Hartadi mengatakan tidak karena dana untuk percepatan pembayaran utang itu diambil dari cadangan devisa, bukan dari pasar keuangan. "Pembayaran utang ini berdasar kecukupan cadangan devisa. Itungan-itungan yang aman adalah cukup untuk empat bulan impor, ditambah dengan pembayaran utang pemerintah," katanya. Ia menegaskan, pasca pembayaran utang kepada IMF, cadangan devisa Indonesia akan berada di atas keperluan untuk empat bulan impor dan pembayaran utang. "Jadi untuk percepatan pembayaran utang kepada IMF masih aman, tidak ada masalah," tegasnya.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006