Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengatakan defisit anggaran dalam APBN 2013 berpotensi melebar menjadi sekitar 2 persen dari Produk Domestik Bruto akibat meningkatnya belanja subsidi energi.

"Kita perkiraan defisit 1,65 persen tidak bisa dijaga, mungkin di tahun 2013 ini, defisit kita akan berada pada kisaran dua persen atau lebih," ujarnya di Jakarta, Kamis.

Pemerintah semula menargetkan defisit hanya Rp153,3 triliun atau 1,67 persen dari PDB.

Menkeu mengatakan, selain adanya kelebihan belanja subsidi energi karena kuota BBM bersubsidi yang tidak terjaga, defisit anggaran melebar akibat penerimaan pajak yang masih terganggu krisis global dan fluktuasi harga komoditas.

"Hal ini tentu tidak kita inginkan, oleh karena itu kuota BBM bersubsidi harus dijaga dengan program penghematan dan pengendalian. Kalau ini tidak bisa dicapai dan optimalisasi penerimaan negara tidak bisa dicapai, kita akan jaga supaya defisit tetap dalam satu `range` yang sehat," ujarnya.

Menurut Agus, hal yang dapat diupayakan untuk menjaga defisit anggaran adalah dengan melakukan pemotongan belanja bagi Kementerian Lembaga, termasuk belanja modal, selain melakukan penyesuaian harga BBM bersubsidi apabila kebijakan pengendalian tidak efektif dilakukan.

"Itu artinya pemotongan belanja barang, belanja sosial ataupun belanja modal. Alternatif terakhir tentu kita juga pelajari kemungkinan penyesuaian harga BBM, apabila alternatif yang lain tidak bisa membuat kesehatan fiskal kita terjaga," katanya.

Menkeu juga mengatakan alternatif lain untuk mendorong penerimaan negara dan menjaga defisit anggaran adalah dengan menerbitkan obligasi dan mengalihkan anggaran dari program tiga Kementerian yang masih terkena blokir.

"Kalau tidak bisa diwujudkan, anggaran (blokir) itu bisa ditarik ke bendahara umum negara dalam mekanisme APBN-Perubahan dan kemudian dialokasikan untuk pemotongan, menutup kebutuhan subsidi yang meningkat, atau dialokasikan ke belanja infrastruktur yang meningkat," ujarnya.

Sedangkan terkait pemotongan belanja modal, Agus menambahkan hal tersebut dapat dilakukan mengingat realisasi belanja modal tidak pernah mencapai target atau selalu di bawah 90 persen dan penyerapannya terkesan lambat.

"Beberapa Kementerian Lembaga secara historis tidak bisa melakukan penyerapan lebih dari 90 persen. Jadi hal itu bisa menjadi cadangan kita, walaupun tujuan utama kita adalah penyerapan setinggi-tinggi-nya dan tepat sasaran," ujarnya.

Agus tidak khawatir pemotongan belanja tersebut dapat mengurangi kontribusi pemerintah terhadap target pertumbuhan ekonomi, karena hal yang paling penting adalah menjaga kesehatan APBN secara berkesinambungan.

"Pemotongan itu akibatnya penyerapan tidak tinggi dan berdampak ke pertumbuhan ekonomi kita. Saya ingin menyampaikan pemerintah ingin menjaga kesehatan fiskal karena pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan, hanya bisa dicapai apabila fiskal kita terkelola dengan sehat," katanya.

Sebelumnya, realisasi defisit anggaran pada 2012 hanya mencapai Rp146 triliun atau 1,77 persen dari PDB, lebih rendah dari target APBN-Perubahan sebesar Rp190 triliun atau 2,23 persen dari PDB.

Pewarta: Satyagraha
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013