Area Sesar Lembang terdiri atas enam sesi, salah satunya adalah Gunung Batu yang merupakan daerah padat penduduk dan berada di sekitar lokasi wisata Maribaya
Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memaparkan perkembangan sistem monitoring gerakan tanah  di Sesar Lembang, Bandung, Jawa Barat, yang dipilih untuk kegiatan tersebut karena memiliki banyak hal yang dapat diteliti.
 
"Area Sesar Lembang terdiri atas enam sesi, salah satunya adalah Gunung Batu yang merupakan daerah padat penduduk dan berada di sekitar lokasi wisata Maribaya," kata Peneliti Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN Antonina Pri Martireni, dalam diskusi secara daring yang diikuti di Jakarta, Jumat.
 
Reni mengatakan, sistem monitoring gerakan tanah yang berada di Sesar Lembang terdiri dari beberapa alat pendukung, di antaranya sensor ekstensometer yang berfungsi sebagai sensor yang mengukur gerakan tanah per 0,1 mm.

Baca juga: BRIN bantu riset hayati untuk menurunkan emisi sektor kehutanan
 
Selain itu, terdapat pula sensor tiltmeter yang digunakan untuk mengukur perubahan kemiringan tanah dengan akurasi hingga 0,1 derajat.
 
"Juga ada sensor crackmeter untuk mengukur potensi gerakan tanah, pada wilayah yang memiliki rekahan tanah," ujarnya.
 
Dalam upaya tersebut, dia mengatakan, BRIN juga melakukan pengukuran curah hujan, karena curah hujan merupakan salah satu penyebab utama terjadinya gerakan tanah.
 
Dia menyebutkan, sistem monitoring gerakan tanah di Sesar Lembang berfungsi sebagai sistem peringatan yang bertujuan untuk meminimalisir kerugian yang ditimbulkan akibat dari bencana yang diakibatkan oleh pergerakan tanah di wilayah Sesar Lembang.
 
"Sistem ini juga membantu pemerintah, khususnya di Kabupaten Bandung Barat, karena dapat dipantau secara "real time"," kata Antonina Pri Martireni.

Baca juga: BRIN identifikasi isolat antraks untuk pembuatan vaksin oral
Baca juga: BRIN sebut hujan bisa mempercepat penyebaran spora antraks

Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2023