Jika mereka preman atau teroris, apa kepentingannya menyerbu lapas dan mengeksekusi tersangka pembunuh anggota Kopassus?
Palu (ANTARA News) - Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane menyatakan penyerangan di Lapas Cebongan, Yogyakarta, Sabtu (23/3), yang menewaskan empat tahanan merupakan sejarah terburuk dalam sistem keamanan di Tanah Air.

Dalam siaran pers yang diterima di Palu, Minggu, Neta mengatakan aksi tersebut tidak mustahil suatu saat akan menyerang sendi-sendi kenegaraaan, termasuk kepentingan kepala negara.

"Hingga saat ini belum ada indikasi terungkapnya pelaku penyerangan itu sehingga Indonesia bisa dikatakan dalam bahaya pasukan siluman," katanya

Indonesia Police Watch mencatat, dalam kurun satu tahun terakhir terdapat tiga kasus penyerangan pasukan siluman yang tak kunjung terungkap identitasnya.

Penyerangan pertama terjadi di Jakarta pada April 2012. Pasukan yang disebut sebagai Geng Motor Pita Kuning itu merusak delapan tempat di Jakarta Utara dan Jakarta Pusat, termasuk sebuah kantor Polsek Tanjung Priok.

Gerombolan pengendara motor itu juga membunuh dua orang dan melukai belasan warga lainnya.

Selanjutnya pada Februari 2013, terjadi penyerangan yang menewaskan delapan anggota TNI dan seorang warga sipil di Papua.

Dan, penyerangan ketiga baru saja terjadi di Lapas Cebongan, Sleman, Yogyakarta.

Hingga saat ini belum diketahui siapa penyerang di Lapas Cebongan, Sleman. Beberapa pihak ada yang mengatakan kelompok preman atau teroris.

"Jika mereka preman atau teroris, apa kepentingannya menyerbu lapas dan mengeksekusi tersangka pembunuh anggota Kopassus?" kata Neta.

 

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2013