Biaya listrik UMKM ini semula sampai Rp500 ribu per bulan, namun saat ini cukup Rp100 ribu dengan kapasitas produksi yang sama.
Jambi (ANTARA) - Senda gurau anak-anak terdengar saat mereka bermain bersama menikmati sore di halaman sebuah rumah produksi kelompok UMKM yang terletak di Kelurahan Eka Jaya, Kota Jambi.

Rumah produksi olahan ikan lele berukuran 5x10 meter persegi itu tampak sepi. Tidak terlihat aktivitas anggota kelompok di dalamnya karena hari itu memang sedang libur produksi.

Dari luar kaca, terlihat beberapa produk makanan berbahan dasar lele yang dipajang di etalase.

Namun ada pemandangan berbeda ketika datang ke rumah produksi ini. Sekarang sudah terdapat solar panel yang terpasang di atas atap bangunan rumah produksi bernama Dapoer 29 di RT 29, Kelurahan Eka Jaya Kecamatan Paal Merah, Kota Jambi.

Ketua Rumah Produksi Olahan Lele itu, Samiyo Edi Karso, menyambut kedatangan pewarta ANTARA sore itu dengan senyum ramah. Ia langsung mempersilakan untuk memotret solar panel yang kira-kira berukuran 4x2 meter tersebut.

Setelah memotret panel surya dan dipersilakan masuk, Edi langsung menceritakan bahwa hampir satu tahun lalu kelompoknya merasakan manfaat penggunaan panel surya untuk memenuhi kebutuhan listrik rumah produksi.

Tagihan listrik yang besar hingga mencapai setengah juta rupiah setiap bulan membuat kelompok UMKM ini berpikir untuk mencari solusi.

Mereka pun mendapatkan solusi untuk mengatasi tingginya biaya listrik, melalui Pertamina Patra Niaga yang selama ini membina rumah produksi tersebut, untuk menggunakan panel surya yang lebih hemat energi.

Dia mengakui sejak solar panel terpasang untuk menyuplai listrik di rumah produksi ini beban biaya listrik mulai berkurang. Keseluruhan produksi makanan olahan yang mereka buat pun mulai menggunakan pembangkit listrik tenaga surya.
Ibu-ibu anggota kelompok sedang membuat produk makanan olahan dari ikan lele, penggunaan alat produksi yang sudah menggunakan listrik dari panel Surya. ANTARA/HO-Pertamina

Tingkatkan pendapatan

Sesuai tujuan utamanya, panel surya diperuntukkan untuk menurunkan beban biaya produksi terutama biaya listrik tinggi. Keluh kesah kepada perusahaan akhirnya membawa angin segar bagi kelompok yang beranggotakan 25 orang ini.

Sejak awal Oktober 2022, penggunaan panel surya efektif digunakan dengan seluruh kegiatan produksi olahan ikan lele menggunakan panel surya sebagai tenaga listrik. Pemanfaatan panel surya dengan kapasitas 2,2 kWp dan kapasitas baterai lithium  berdaya 2,4 kWh dapat menyuplai listrik di rumah produksi.

Kini, seluruh aktivitas produksi tersebut sudah menggunakan panel surya. Sejak bulan pertama pemanfaatan panel surya ini, kelompok usaha ini sudah merasakan penurunan biaya produksi.

Sebelumnya, biaya listrik mencapai Rp500 ribu per bulan untuk enam hingga sepuluh kali produksi untuk setidaknya enam produk olahan lele, di antaranya steak lele, keripik lele, hingga sale lele yang diproduksi oleh 10 perempuan  anggota kelompok.

Biaya listrik UMKM ini semula Rp450 ribu sampai Rp500 ribu per bulan, namun saat ini cukup mengeluarkan biaya Rp100 ribu per bulan dengan kapasitas produksi yang sama. Itu artinya, kelompok UMKM ini bisa menghemat hingga 80 persen dari total biaya listrik. 

Jadi, energi panel surya ini tidak saja ramah lingkungan, tapi juga ramah cuan alias keuntungan.

Jadi, besar sekali pengurangan biayanya setelah kebutuhan produksi menggunakan listrik panel surya. Sekarang ini, alokasi anggaran listrik itu bisa digunakan sebagai tambahan pendapatan UMKM.

Selama ini, beban biaya listrik mencakup seluruh peralatan produksi menggunakan listrik mulai dari blender, alat pres, dan peralatan produksi lain yang menggunakan aliran listrik, kini sudah tersuplai dengan lancar oleh setrum yang dihasilkan panel surya.

Selain untuk produksi olahan makanan ikan lele, kelompok UMKM ini juga telah memanfaatkan penggunaan listrik yang berasal dari panel surya untuk kebutuhan kolam biofloc untuk budi daya ikan.

Jika produksi makanan olahan ikan lele bagian dari bisnis hilir, UMKM ini juga memproduksi dari sisi hulu. Terdapat 12 kolam ikan lele yang juga menggunakan teknologi panel surya.

Pada kolam ikan tersebut, panel surya menyuplai listriknya untuk blower kolam ikan. Selain itu, juga terdapat unit usaha aquaponik yang juga menggunakan panel surya untuk sirkulasi air pada tanaman.

Dahulu, untuk memenuhi kebutuhan listrik pada kolam ikan dan aquaponik mereka perlu mengeluarkan biaya listrik sebesar Rp150 ribu per bulan. Namun, saat ini biaya listrik untuk sirkulasi air kolam sudah nol rupiah karena telah tercukupi dengan penggunaan panel surya.

Tentunya, biaya listrik yang dahulu digunakan bisa untuk menambah keuntungan kelompok dari bisnis budi daya ikan lele, meskipun ikan tersebut digunakan untuk produksi makanan olahan dan hanya  pada waktu tertentu dijual ke pasar.

Selain menyuplai listrik untuk rumah produksi, kolam ikan dan aquaponik, panel surya juga digunakan untuk mengangkat air dari sumur bor. Air sumur bor digunakan untuk mengisi air di kolam biofloc.

Biasanya, sebelum menggunakan panel surya untuk satu kali pengisian air di kolam bisa memakan biaya Rp50 ribu untuk sekali pengisian token listrik. Saat ini, para anggota budi daya ikan lele tidak mengeluarkan biaya listrik untuk pengisian air pada kolam biofloc.

Rencananya, kelompok UMKM ini akan menggunakan panel surya pada unit usaha terbarunya yakni kolam pemancingan. Namun hal itu masih butuh persiapan seperti kepastian kapasitas daya panel surya yang cukup untuk menyuplai listrik di kolam pemancingan.

Bukan saja kenaikan pendapatan, UMKM tersebut juga membawa kawasan tersebut menerima penghargaan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebagai lokasi yang aktif melakukan aksi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim secara terintegrasi sehingga memberikan kontribusi terhadap pengendalian perubahan iklim.
Inisiator rumah produksi olahan lele, Samiyo Edi Karso, menunjukkan instalasi panel surya yang terpasang di dalam rumah produksi, Sabtu (15/7/2023). ANTARA/HO-Pertamina

Dukung transisi energi untuk UMKM

Sementara itu, pemerintah daerah ikut menyadari pentingnya peningkatan bauran energi baru terbarukan (EBT) di Provinsi Jambi dengan bauran EBT bisa mencapai 24 persen pada tahun 2025.

Kabid Energi Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jambi S. Pandu Hartadinata menegaskan bahwa pemerintah daerah mendorong implementasi EBT pada semua sektor termasuk pada sektor rumah produktif atau UMKM.

Selain keterlibatan daerah,  pihak swasta juga perlu mendukung peningkatan bauran EBT tersebut.

Saat ini, pemerintah daerah berencana menjalankan program Boenda, yaitu bantuan terintegrasi untuk dapur dan penerangan rumah tangga yang diperuntukkan untuk rumah tangga miskin. Program pemasangan panel surya ini diharapkan dapat membantu pengentasan warga dari kemiskinan.

Program serupa, ke depan, bisa ditujukan bagi pelaku rumah produktif seperti UMKM karena sudah saatnya masyarakat berubah dalam memproduksi produk olahan menggunakan energi ramah lingkungan.

Penggunaan panel surya tersebut membuktikan mampu memangkas drastis biaya produksi. Lebih dari itu, UMKM tersebut telah menjadi bagian dari arus besar gerakan pro-lingkungan.








 

Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2023