Beograd (ANTARA News) - Kekalahan 3-2 dari Pantai Gading di Piala Dunia hari Rabu merupakan "akhir menyedihkan" dan "aib lainnya" bagi Serbia dan Montenegro (SCG) dalam penampilan terakhirnya di sepakbola internasional, kata surat-surat kabar, Kamis. Tim tersebut tersingkir tanpa mendapat satu angka pun dari tiga pertandingan, sementara kebobolan 10 gol, melebihi tim lainnya di turnamen yang diikuti 32 negara tersebut. SCG, serpihan terakhir dari bekas Yugoslavia, juga lenyap keberadaannya sebagai tim, karena Serbia dan Montenegro telah memilih jalannya masing-masing bulan ini dan di masa mendatang akan tampil di bawah benderanya masing-masing. "Akhir Menyedihkan," "Besi Tua", "Ditenggelamkan oleh Pantai (Gading -Red), dan "Aufwiedersehen" (Selamat Tinggal) merupakan beberapa judul di halaman muka di suratkabar hari Kamis, yang dilansir DPA. Beberapa suratkabar menaruh rasa kasihan kepada pasukan tersebut, mengingat "keberuntungannya yang buruk" karena banyak pemainnya yang cedera dan diskors. Tetapi sebagian besar suratkabar mencela taktik yang dijalankan pelatih Illija Petkovic. Kapten Savo Milosevic dan pemain Atletico Madrid, Mateja Kezman, kurang "menggigit" dalam dua pertandingan pertama. Kezman membuat marah publik saat ia meninggalkan lapangan untuk liburan setelah mendapat kartu merah ketika bertanding melawan Argentina pekan lalu. Hari Kamis, penyerang "Red Star", Nikola Zigic, secara cepat mencetak gol dan ikut ambil bagian dalam terciptanya gol kedua untuk unggul 2-0. Ia kemudian cedera lengan, tetapi SCG ambruk menuju akhir babak pertama dan secara perlahan-lahan diungguli tim Afrika itu. Para pemain hanya mengisyaratkan apa yang salah. "Saya dapat berkata banyak dan akan melakukannya saat saya sudah tenang," kata Milosevic, yang mengakhiri karir internasionalnya setelah turun dari bangku cdangan untuk memperkuat tim nasional 102 kalinya. Petkovic, yang mendapat kecamam media karena memasukkan putranya, Dusan, dalam tim Piala Dunia tersebut, menyalahkan wartawan karena terjadania suasana yang buruk tersebut. Setelah pertandingan melawan Pantai Gading itu, ia mengakui adanya "masalah dalam tim", tetapi mengatakan bahwa setelah Montenegro menyatakan merdeka 3 Juni, ia "secara efektif melatih dua negara dan suatu tim tanpa bendera dan lagu kebangsaan ...yang sangat sulit."(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006