Dhaka (ANTARA) - Demam berdarah menyebar cepat di kawasan padat penduduk Bangladesh pada musim hujan ini sehingga memicu kekhawatiran bahwa penyakit itu akan membuat angka kematian dan infeksi mencapai rekor tertinggi selama dua tahun berturut-turut.

Setidaknya 201 orang, lebih dari separuhnya berada di ibu kota Dhaka, meninggal dan lebih dari 37.000 orang terinfeksi virus yang ditularkan oleh nyamuk tersebut pada Januari-Juli 2023, menurut data pemerintah.

Pada 2022, demam berdarah dengue (DBD) menewaskan 281 orang --tertinggi sejak pemerintah melakukan pencatatan pada 2000-- dan 62.423 orang terinfeksi.

Rumah-rumah sakit, terutama di Dhaka, kesulitan menyediakan ruang perawatan karena tingginya jumlah pasien yang menderita demam tinggi, nyeri sendi dan muntah-muntah, menurut pejabat kesehatan.

Tidak ada vaksin atau obat khusus untuk menyembuhkan DBD, yang sering muncul di Asia Selatan selama musim hujan pada Juni-September. Virus DBD disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang berkembang biak di air tergenang.

Namun, deteksi dini dan akses terhadap layanan kesehatan yang layak bisa mengurangi angka kematian hingga kurang dari 1 persen jumlah penderita.

"Pemerintah telah meluncurkan inisiatif untuk membatasi penyebaran penyakit yang ditularkan oleh nyamuk itu, mulai dari kampanye untuk meningkatkan kesadaran hingga upaya membunuh jentik nyamuk selama musim hujan," kata Menteri Kesehatan Zahid Maleque.

Dokter terkenal Bangladesh, ABM Abdullah, mengatakan kepada Reuters bahwa deteksi dini adalah kunci.

"Nyamuk Aedes aegypti telah berevolusi, dan virus sekarang tidak menyebabkan gejala kritis pada banyak kasus," katanya. "Karena itu orang kadang mengabaikannya, tetapi penyakit itu harus dideteksi sedari awal sehingga pasien bisa dirawat sebelum bertambah parah."

Sumber: Reuters

Baca juga: Kemenkes jadikan wolbachia topik utama "Asean Dengue Day" 2023
Baca juga: Menteri kesehatan Peru mundur di tengah maraknya wabah demam berdarah

Penerjemah: Arie Novarina
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2023