Dari Januari sampai dengan Juli 2023, perkembangan terakhir, ini malah (rupiah) masih masuk apresiasi
Jakarta (ANTARA) - Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal menyatakan rupiah relatif lebih tangguh dibandingkan banyak mata uang lain kendati ada kecenderungan kenaikan suku bunga global yang dipicu kebijakan di Amerika Serikat (AS).

“Dari Januari sampai dengan Juli 2023, perkembangan terakhir, ini malah (rupiah) masih masuk apresiasi,” kata Faisal dalam acara Mid-Year Review 2023 yang diadakan CORE Indonesia secara virtual diikuti di Jakarta, Kamis.

Ada sejumlah faktor yang menyebabkan resiliensi atau ketangguhan nilai tukar rupiah mencapai 4,1 persen year to date (Ytd), antara lain peningkatan net buy saham dan obligasi.

“Jadi sebetulnya kecenderungannya justru capital inflow-nya. Jadi dana masuk itu lebih kuat,” ucapnya.

Baca juga: CORE prediksi ekonomi Indonesia kuartal I 2023 di bawah 5 persen

Baca juga: CORE Indonesia: Konsumsi rumah tangga tumbuh lebih lambat


Empat negara yang memiliki nilai tukar lebih baik dibandingkan Indonesia adalah Peso dari Mexico sebesar 13,3 persen Ytd, Real dari Brazil 11,3 persen Ytd, Franc dari Swiss 4,5 persen Ytd, dan Peso dari Chile 4,5 persen Ytd.

Di sisi lain, banyak pergerakan nilai tukar dari negara lain lebih rendah dari rupiah. Misalnya Krona dari Swedia 2,6 persen Ytd, Peso dari Filipina dan dolar Kanada masing-masing 2,4 persen Ytd, dan dolar Singapura yang sebesar 1,4 persen.

“Hanya saja, kalau kita melihat dari sisi cadangan devisa sempat membaik, tapi setelah April (2023), ini perkembangan di kuartal terakhir, ini sudah mulai menurun lagi cadangan devisa,” ungkap Faisal.

Cadangan devisa RI pada April 2023 berada pada 144,2 miliar dolar AS, lalu Mei 2023 sebesar 139,3 miliar dolar AS, dan Juni 2023 sebanyak 137,5 miliar dolar AS.

“Saya rasa ini paling tidak ada dua faktor yang mempengaruhi. Pertama (adalah) pembayaran utang luar negeri, (dan) kedua surplus perdagangan kita walaupun masih surplus, sudah semakin tipis, terutama pada kuartal II/2023,” ujar dia.

Baca juga: Analis: Rupiah menguat karena sentimen "risk on" setelah rapat FOMC

Baca juga: Ekonom: Kekhawatiran potensi nada "hawkish" Fed lemahkan nilai tukar


Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2023