Bauksit, nikel, dan logam tanah jarang dapat ditemui di Indonesia, Myanmar, Filipina, juga Thailand. Vietnam dan Malaysia merupakan produsen modul surya terbesar di dunia
Jakarta (ANTARA) - Executive Director of ASEAN Center for Energy (ACE) Nuki Agya Utama mengatakan penyelenggaraan ASEAN Energy Business Forum (AEBF) akan memperkuat posisi kawasan ASEAN dalam lanskap energi global.

Dia menjelaskan, AEBF akan diselenggarakan pada 24 - 26 Agustus 2023 di Pulau Bali, oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), dengan diorganisir oleh ACE, sebagaimana dalam Media Briefing ACE di Jakarta, Kamis.

Lanjutnya, agenda tersebut mengangkat tema "Percepatan Konektivitas Energi untuk Mencapai Pertumbuhan Berkelanjutan ASEAN", selaras dengan visi Keketuaan Indonesia yang ingin menjadikan ASEAN sebagai pusat pertumbuhan ekonomi kawasan dan dunia.

Dia menjelaskan, pelaksanaan AEBF bersamaan dengan the 41st ASEAN Ministers on Energy Meeting (AMEM) dan the 3rd ASEAN International Conference on Energy and Environment (AICEE).

Menurutnya, penyatuan konferensi-konferensi tersebut sebagai upaya memperkuat dampak dan signifikansi, terutama dalam membangun hubungan dan kerja sama untuk memperkuat posisi ASEAN, sebagai wilayah yang dinamis dan berpengaruh dalam lanskap energi global.

“Kawasan ini juga kaya akan bahan mentah yang mendukung energi bersih. Bauksit, nikel, dan logam tanah jarang dapat ditemui di Indonesia, Myanmar, Filipina, juga Thailand. Vietnam dan Malaysia merupakan produsen modul surya terbesar di dunia,” ujar Nuki.

Namun demikian, menurutnya, transisi energi yang berkelanjutan di kawasan ASEAN perlu pendanaan yang besar.

Selain itu, terdapat juga tantangan seperti, mobilisasi investasi sistem energi yang besar, memastikan transisi berhasil secara teknis, memaksimalkan peluang ekonomi, serta meminimalkan gangguan sosial.

Dengan demikian, menurutnya, diperlukan analisis pembiayaan inovatif dan skala besar, mulai dari sumber pembiayaan publik dan swasta, dialog, serta aksi lebih lanjut antara investor institusional, Multilateral Development Banks, institusi pembiayaan lain dan industri.

“Selama 10 tahun ke depan, pertumbuhan ekonomi masih akan ditopang bahan bakar fosil. Namun, di sisi lain, terlihat akan tumbuh bisnis-bisnis energi terbarukan yang juga berkontribusi terhadap ekonomi,” ujar Nuki.

Dia mengatakan transisi energi menjadi agenda semua negara demi tujuan memenuhi target tujuan pembangunan yang berkelanjutan, sehingga perlu ada kepastian transisi atau akses menuju energi terbarukan harus adil dan terjangkau.

Baca juga: RI borong 10 penghargaan ajang ASEAN Energy Award 2022
Baca juga: Kementerian ESDM: RI dapat lima penghargaan ASEAN Energy Award 2021

Pewarta: Muhammad Heriyanto
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2023