Jakarta (ANTARA) - Manager Kampanye Hutan dan Kebun Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Nasional Uli Arta Siagian mengatakan kawasan ekosistem mangrove yang terjaga dengan baik dapat meminimalisir dampak bencana dan kerentanan suatu wilayah.

“Misalnya banjir atau air laut meluap ekosistem mangrove ini berfungsi untuk menahan laju air, sehingga kemudian keberadaannya dan tutupannya yang baik akan sangat mempengaruhi keselamatan dan mengurangi kerentanan di suatu wilayah,” ucap Uli saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Kamis.

Secara umum, Uli mengatakan keberadaan mangrove di pesisir memiliki peran sebagai Green Belt atau sabuk hijau yang bisa meminimalisir erosi atau turunnya muka air tanah.

Ia memberi contoh ekosistem mangrove yang ada di kota Palu, Sulawesi Tengah saat terjadi gempa dan tsunami, dapat meminimalkan dampak kerusakan di wilayah mangrove yang tutupannya masih baik karena air laut tertahan mangrove.

Baca juga: Kebun Raya Mangrove Surabaya miliki koleksi 57 jenis tanaman

Selain berfungsi sebagai mitigasi bencana, ekosistem mangrove yang baik, kata Uli, juga berperan untuk menyerap karbondioksida yang dilepas melalui kawasan-kawasan industri. Namun jika Kawasan mangrove rusak, maka pelepasan karbon dioksida yang dihasilkannya akan lebih besar dibandingkan dengan dampak yang sama dari kerusakan hutan.

“Jadi perbandingan ekosistem mangrove dan hutan ketika dia (mangrove) hilang maka karbon yang dilepaskan itu akan lebih besar dan beberapa kali lipat di kawasan mangrove ketimbang di hutan,” kata Uli.

Uli menyayangkan saat ini banyak ekosistem mangrove yang terancam dengan perizinan pertambangan di area ekosistem. Selain pertambangan, alih fungsi lahan mangrove menjadi perkebunan sawit dan kawasan pariwisata juga menjadi ancaman lainnya dalam keberlangsungan kehidupan mangrove.

Sedangkan masyarakat yang hidup di sekitar kawasan mangrove, khususnya nelayan, terbantu dengan keberadaan mangrove karena menjadi tempat habitat ikan-ikan yang mereka tangkap. Selain itu, masyarakat sekitarnya juga kerap memanfaatkan buah mangrove sebagai bahan makanan ataupun sirup sehingga mendapatkan manfaat ekonomi.

“Secara tradisional masyarakat sekitar yang hidup di kawasan mangrove punya pengetahuan dan pengalaman untuk mengelola kawasan mangrove sembari mereka bisa mendapatkan nilai ekonomi dari itu,” ucap dia..

Uli berharap pemerintah lebih berhati-hati dalam memberikan izin atas kawasan mangrove karena dapat merusak dan berdampak besar bagi perekonomian masyarakat sekitarnya. Selain itu, bagi pengembang yang telah memegang izin di wilayah ekosistem mangrove, ia menyarankan untuk menjadikan wilayah tersebut sebagai wilayah konservasi bernilai tinggi.

“Menurut kami untuk konsensi mereka yang berada di kawasan ekosistem mangrove itu dijadikan sebagai kawasan konservasi yang punya nilai konservasi tinggi itu, langkah-langkah yang sebenarnya bisa dilakukan oleh pemerintah,” tutup Uli.

Baca juga: Menengok keunikan Kebun Raya Mangrove pertama di Indonesia

Baca juga: BRIN bantu pencatatan jenis mangrove di Kebun Raya Surabaya

Baca juga: Tanaman mangrove yang ditanam Subholding Pelindo tumbuh 90 persen


Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2023