Dan Konferensi Asia Afrika 1955 juga memperkuat nilai solidaritas, kerja sama, dan persahabatan sebagai kekuatan global baru, sebagai tonggak sejarah bagi negara-negara Asia dan Afrika
Bandung (ANTARA) -
Kepala Museum Konferensi Asia Afrika (KAA) Dahlia Kusuma Dewi menyebutkan bahwa acara Asia Africa Festival (AAF) seperti yang digelar pada Sabtu (29/7) ini, menjadi pengingat nilai-nilai yang lahir dalam Konferensi Asia Afrika yang digelar pada 1955 itu.

"Kegiatan AAF ini kerap diisi dengan parade kebudayaan (karnaval) yang diikuti oleh partisipan mulai dari Kota Bandung sendiri, beberapa kabupaten dan kota di Indonesia, hingga yang berasal dari negara-negara di Asia dan Afrika," katanya pada acara AFF di Bandung, Jawa Barat, Sabtu.

"Dan Konferensi Asia Afrika 1955 juga memperkuat nilai solidaritas, kerja sama, dan persahabatan sebagai kekuatan global baru, sebagai tonggak sejarah bagi negara-negara Asia dan Afrika," tambahnya.

Oleh karena itu, lanjutnya, pergelaran AAF dan Museum KAA, bukan hanya kegiatan seremonial dan sekedar tempat tetapi memiliki spirit dan visi besar untuk kemajuan bersama termasuk yang berada di Asia dan Afrika.

"Kegiatan AAF dan museum KAA memiliki visi bukan cuma memberikan edukasi soal sejarah Konferensi Asia Afrika, tetapi juga membagikan spirit Kota Bandung dengan Piagam Bandung-nya kepada semua orang, dan kami ingin memberdayakan masyarakat dengan nilai-nilai perdamaian," katanya.

Ia berharap AAF 2023 dapat menjadi momentum untuk meraih visi-visi besar Museum KAA, termasuk membagikan semangat pada generasi muda untuk menjadi pemimpin dengan visi perdamaian.

"Sebagai platform pertukaran budaya, festival ini juga jadi pengingat bagi kita semua untuk merangkul keberagaman budaya dan kreativitas budaya, dan sebagai langkah untuk membangun generasi muda sebagai pemimpin masa depan dengan visi perdamaian. Ini juga dapat menjadi kesempatan bagi kami untuk memulai kerjasama dan kolaborasi menuju perdamaian dunia," katanya.

Dalam daftar panitia, pada AAF 2023 ini ada puluhan peserta yang tampil termasuk dari luar Bandung, seperti kesenian Thak-thakan dari Tuban, pakaian adat dan tarian Minahasa, kemudian ada juga dari Lampung. Laku ada juga kelompok peserta yang akan memakai kostum negara Asia-Afrika.

Dari tanah Sunda, ada kesenian barong dan benjang, tari merak, kemudian kostum tari Nusantara, kereta peti sabun, egrang. Selain itu, barongsai dan liong, komunitas ekonomi kreatif boboko asal Ciamis, dengan Marching Band dari kelompok Gita Pakuan akan membuka barisan parade.

AAF 2023 dihadiri sejumlah pejabat dari dalam dan luar Kota Bandung seperti Plh Wali Kota Bandung Ema Sumarna, Bupati Tuban Aditya Halindra Faridzky, Ketua DPRD Kota Bandung Tedy Rusmawan, kemudian pejabat tinggi dari Kepolisian Kota Bandung, dan pejabat tinggi TNI yang ada di Bandung.

Selain itu, beberapa duta besar dari negara-negara seperti Pakistan, Sri Lanka, Libya, Sudan, Filipina, Suriah, Nigeria, Kenya, Korea Utara, Bangladesh, India, Zimbabwe, Mesir, Malaysia, Thailand, dan Mozambik juga turut hadir dalam acara tersebut, demikian Dahlia Kusuma Dewi.

Baca juga: Dukung Festival Asia Afrika, dua kantong parkir utama telah disiapkan

Baca juga: MUI paparkan hukum KB dalam Al Quran kepada delegasi Asia-Afrika

Baca juga: Masyarakat berharap Asia Africa Festival digelar lagi

Baca juga: Kota Bandung bawa spirit pulih dari pandemi pada Asia Africa Festival

Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2023