Jika tidak ada terobosan baru, maka upaya-upaya negara bisa tertinggal dibandingkan gerakan terorisme yang berkoordinasi lintas negara
Jakarta (ANTARA) - Pengamat terorisme dan intelijen Ridwan Habib mengatakan bahwa Indonesia selaku Ketua ASEAN 2023 bisa menginisiasi pembentukan joint task force atau lembaga bersama terkait kontraterorisme di kawasan Asia Tenggara.

“Peran Indonesia sebagai Ketua ASEAN bisa menginisiasi pembentukan lembaga joint task force itu,” kata Ridwan Habib dihubungi ANTARA dari Jakarta, Minggu.

Menurut Ridwan, kerja sama kontraterorisme negara-negara ASEAN masih sebatas komunikasi formal antarlembaga.

“Sampai saat ini belum ada satu lembaga bersama atau joint task force dengan anggota seluruh negara-negara ASEAN yang menjadi leading sector upaya kontrateror di kawasan (ASEAN),” ucapnya.

Oleh sebab itu, ia mengatakan joint task force tersebut penting dibentuk sebagai terobosan ASEAN dalam mengentaskan terorisme.

“Jika tidak ada terobosan baru, maka upaya-upaya negara bisa tertinggal dibandingkan gerakan terorisme yang berkoordinasi lintas negara,” imbuh Ridwan.

Baca juga: Pengamat: Program BNPT bisa jadi rujukan kontraterorisme di ASEAN
Baca juga: BNPT sebut dai/daiah berperan penting cegah radikalisme dan terorisme


Lebih lanjut, ia menyebut setidaknya terdapat tiga langkah yang perlu dimaksimalkan ASEAN, mengingat masih adanya sel-sel terorisme bergerak di bawah permukaan.

“Setidaknya ada tiga langkah yang bisa dilakukan,” ucapnya.

Langkah pertama, kata dia, membentuk komite bersama kontraterorisme ASEAN dengan seluruh anggota ASEAN. Kedua, mengoptimalkan tukar-menukar informasi antarlembaga intelijen di ASEAN.

“Ketiga, membangun database DPO (daftar pencarian orang) atau target penangkapan teroris yang terafiliasi sebagai warga negara anggota ASEAN,” sambung Ridwan.

Sebelumnya, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI Rycko Amelza Dahniel mengatakan kasus serangan teror di Indonesia dalam rentang waktu 2018–2023 terus menurun. Namun begitu, Ryko mengingatkan semua pihak untuk tidak mudah berpuas diri.

Kepala BNPT meminta semua pihak tetap waspada terhadap dinamika gerakan terorisme yang muncul di bawah permukaan. Dia menjelaskan, kelompok terorisme mulai mengubah pendekatannya, yakni dari hard menjadi soft approach dan dari bullet menjadi ballot strategy.

"Mereka (kelompok terorisme) terus melakukan konsolidasi, melakukan rekrutmen, dan penggalangan dana dengan berbagai cara," kata Rycko dalam sambutannya pada Acara Puncak Peringatan Hari Ulang Tahun Ke-13 BNPT RI di Djakarta Theater, Jakarta Pusat, Jumat (28/7).

Baca juga: Polri lakukan pendekatan lunak hingga keras atasi teror pada Pemilu
Baca juga: Wapres: Waspadai potensi gerakan radikal tumbuh subur jelang pemilu

 

Pewarta: Fath Putra Mulya
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2023