Jakarta (ANTARA) -
Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (PP ISKA) mengajak generasi muda untuk mengobarkan jiwa patriot dan merawat nilai-nilai keberagaman.

"Kami berharap para peserta mampu berjejaring lintas agama dan kepercayaan tanpa membedakan suku, ras, adat istiadat, dan golongan dari komunitas terdekat masing-masing seperti sekolah, universitas, RT, RW, dan sekitarnya," kata Ketua Presidium PP ISKA Luky A Yusgiantoro dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (30/7).

Penegasan itu disampaikan Luky pada kegiatan Pendidikan Kader Kebangsaan Angkatan 1 bertempat di Universitas Katolik Indonesia Atmajaya Jakarta, Minggu (30/7). Kegiatan perdana tersebut dihadiri oleh 50 peserta dengan mengusung tema "Merdeka Dalam Keberagaman."

Hadir sebagai pemateri Prof Franz Magnis Suseno (Guru Besar STF Driyarkara), MM Restu Hapsari (Presidium Dialog Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan PP ISKA), Dr. A. Setyo Wibowo (Dosen STF Driyarkara), dan Moh. Aan Anshori (Koordinator Jaringan Islam Anti Diskriminasi).

Baca juga: IF20: Indonesia jadi teladan internasional soal keberagaman

Prof Franz Magnis Suseno menegaskan hidup dan aktivitas dalam lingkungan yang majemuk dengan sejuta keberagaman bukan sesuatu hal yang baru dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Namun, belakangan ini Indonesia kerap mengalami krisis toleransi.

Guru Besar STF Driyarkara tersebut mengemukakan bahwa tantangan hari ini dan masa depan Indonesia pada radikalisme dan polarisasi yang masif di berbagai bidang kehidupan berbangsa dan bernegara. Ia menambahkan bahwa Pancasila sebagai nilai, cita-cita, dan etika harus menjadi pedoman dalam berbagai aktivitas kita.

"Pancasila adalah hal yang pertama kali yang dituntut masyarakat kepada negara, karena Pancasila tidak sekadar dilafalkan tetapi harus diperjuangkan,” ujarnya.

Di sisi lain, agar masyarakat yakin bahwa Indonesia bukan milik “mereka di atas“. Negara harus menunjukkan bahwa segenap manusia dari Sabang sampai Merauke dapat hidup secara terhormat, sejahtera, adil, dan bebas dari kemiskinan dan kelaparan.

Baca juga: Aliansi anti SARA dukung keberagaman dan toleransi antarumat beragama

Selain itu, tidak terjadi penggusuran-penggusuran kecuali ada kompensasi penuh, memberi harapan masa depan lebih baik kepada rakyat kecil serta keputusan-keputusan pengadilan dapat dirasakan sebagai adil .

"Pancasila mengajarkan kita untuk hormat terhadap kebebasan beragama dengan harapan kita harus menolak ideologi-ideologi yang menyangkal nilai bangsa, harus kebal terhadap hasutan-hasutan populistik," katanya menegaskan.

Sementara itu, Moh. Aan Anshori selaku Koordinator Jaringan Islam Anti Diskriminasi menyampaikan bahwa keberagaman yang ada adalah kekayaan dan keindahan Bangsa Indonesia yang menjadi kekuatan untuk bisa mewujudkan persatuan dan kesatuan nasional menuju Indonesia yang lebih baik lagi

Baca juga: PBNU: Keberagaman di Indonesia adalah hal yang tidak bisa ditolak

“Saya berharap generasi muda Katolik meyakini dirinya telah ditakdirkan untuk menjaga kebhinnekaan Indonesia. Slogan 100 persen Katolik 100 persen Indonesia menegaskan tersebut. Itu berarti, mereka memiliki tugas untuk ikut serta memastikan generasi muda agama lain memiliki visi dan misi serupa,” katanya.
 

Pewarta: Fauzi
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2023