Kami masih memperkirakan pemotongan tambahan 1 juta barel per hari di Saudi akan berlangsung hingga September
Singapura (ANTARA) - Minyak bergerak turun di perdagangan Asia pada Senin sore, tetapi melayang di dekat level tertinggi tiga bulan dan bersiap untuk membukukan kenaikan bulanan terbesar mereka dalam lebih dari satu tahun di tengah ekspektasi bahwa Arab Saudi akan memperpanjang pengurangan produksi sukarela hingga September dan memperketat pasokan global.

Minyak mentah berjangka Brent melemah 30 sen menjadi diperdagangkan di 84,69 dolar AS per barel pada pukul 06.32 GMT, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS tergelincir 22 sen menjadi diperdagangkan pada 80,36 dolar AS per barel.

Kontrak Brent September akan berakhir pada Senin. Kontrak Brent Oktober yang lebih aktif juga merosot 25 sen menjadi diperdagangkan di 84,16 olar AS per barel.

Brent dan WTI ditutup pada hari Jumat di level tertinggi sejak April, naik selama lima minggu berturut-turut, karena pengetatan pasokan minyak secara global dan ekspektasi berakhirnya kenaikan suku bunga AS mendukung harga.

Kedua harga acuan berada di jalur untuk menutup Juli dengan kenaikan bulanan terbesar sejak Januari 2022.

"Meskipun tampaknya minyak mentah mungkin telah diperhitungkan dalam semua berita baik tentang inflasi AS dan ketahanan ekonomi untuk saat ini, minyak mungkin terus beringsut lebih tinggi," kata Vandana Hari, pendiri penyedia analisis pasar minyak Vanda Insights.

"Sebagian besar aktivitas pembelian yang kuat telah terjadi selama jam perdagangan AS; aksi selama sesi Asia masih relatif lambat dan merupakan indikator sentimen yang buruk," tambah Hari.

Sementara itu, Arab Saudi diperkirakan akan memperpanjang pengurangan produksi minyak sukarela sebesar 1 juta barel per hari untuk satu bulan lagi termasuk September, kata para analis.

Arab Saudi diperkirakan akan mengumumkan ini pada pertemuan OPEC+ pada Jumat (4/8/2023), sebuah kelompok yang terdiri dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutu termasuk Rusia yang memompa sekitar 40 persen minyak mentah dunia.

"Harga minyak naik 18 persen sejak pertengahan Juni karena rekor permintaan tinggi dan pemotongan pasokan Saudi telah mengembalikan defisit, dan karena pasar telah meninggalkan pesimisme pertumbuhannya," kata analis Goldman Sachs dalam catatan 30 Juli.

"Kami masih memperkirakan pemotongan tambahan 1 juta barel per hari di Saudi akan berlangsung hingga September, dan akan berkurang setengahnya mulai Oktober."

Bank mempertahankan perkiraan Brent pada 86 dolar AS per barel untuk Desember dan mengharapkan harga naik menjadi 93 dolar AS pada kuartal kedua tahun 2024.

Goldman Sachs memperkirakan permintaan minyak global naik ke rekor 102,8 juta barel per hari pada Juli dan merevisi naik permintaan 2023 sekitar 550.000 barel per hari karena perkiraan pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat di India dan AS, mengimbangi penurunan konsumsi China.

"Permintaan yang lebih kuat mendorong defisit yang cukup besar pada semester kedua 2023 dari yang diperkirakan, rata-rata 1,8 juta barel per hari, dan defisit 0,6 juta barel per hari pada 2024," katanya.

CEO Exxon Mobil Darren Woods mengatakan perusahaan memperkirakan rekor permintaan minyak tahun ini dan tahun depan, dan ini dapat membantu meningkatkan harga energi di paruh kedua tahun ini.

Di AS, perusahaan-perusahaan energi pada Juli memangkas jumlah rig minyak selama delapan bulan berturut-turut sebanyak satu menjadi 529, kata Baker Hughes dalam laporan mingguannya pada Jumat (28/7/2023).

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2023