Jakarta (ANTARA) -
Dokter spesialis anak lulusan Universitas Indonesia dr. I Gusti Ayu Nyoman Partiwi, Sp.A, MARS, mengatakan peran aktif tenaga kesehatan sangat penting untuk mendukung ibu melahirkan untuk bisa menyusui.

"Sebagai tenaga kesehatan, nggak boleh pasif. Artinya dia (ibu yang baru melahirkan merasa (air susu ibu) kurang terus tambah saja (susu) formula. Itu jangan (dilakukan) karena itu yang salah satunya kegagalan menyusui," ucap dokter yang disapa Tiwi itu dalam diskusi kesehatan di Jakarta, Senin.

Tenaga kesehatan, kata Tiwi, sangat dibutuhkan bagi ibu yang baru melahirkan untuk memberikan bantuan saat mereka kesulitan memberikan ASI kepada bayinya. Tiga sampai empat hari pertama menyusui adalah waktu di mana peran tenaga kesehatan sangat tinggi karena akan mempengaruhi produksi ASI ibu menyusui, apakah menurun atau justru akan lebih baik melalui edukasi aktif.

Baca juga: Kontak kulit ibu dan bayi prematur tingkatkan keberhasilan menyusui

Tiwi menekankan bahwa ASI pada ibu yang baru melahirkan baru akan memproduksi kolostrum, yang tidak mempengaruhi berat badan bayi dalam tiga hari secara signifikan. Namun, jika ibu terus menerus menyusui sang bayi, maka produksi ASI akan lancar dan bayi akan mencapai berat lahir normal dalam tujuh hari.

"Harus kita bangkitkan dengan cara dia (ibu yang baru melahirkan) tahu persis kenapa dia memilih ASI, apa pentingnya menyusui, intensi keinginan orang menyusui itu harus aktif kita suarakan. Kalau niat menyusui ada, pasti bisa menyusui," kata Tiwi.

Terkadang, ketiadaan dukungan dari suami dan keluarga bisa jadi pemicu ibu melahirkan tidak bisa menyusui anaknya yang berujung pemberian susu formula secara dini. Pemberian susu formula, kata Tiwi, diberikan dalam batasan empat hari semenjak anak dilahirkan, dengan pemantauan dan rekomendasi dari dokter anak.

Pada ibu yang bekerja, kata Tiwi, ketiadaan sarana pendukung untuk menyusui menjadi salah satu alasan ibu tidak bisa memenuhi kebutuhan menyusui bayinya. Misalnya, tidak ada ruang menyusui atau kesulitan memerah ASI di tengah jam kerja.

Oleh karena itu, dokter yang berpraktik di RSIA Bunda Jakarta itu pun mendorong untuk semua kantor yang memperkerjakan perempuan untuk menyediakan ruangan atau sarana untuk mereka memerah ASI dan menyediakan waktu untuk ibu memerah ASI pada jam tertentu.

Baca juga: BKKBN: Keberhasilan menyusui dipengaruhi konsumsi cairan ketika hamil

Baca juga: IDI mengutuk perilaku perundungan terhadap tenaga kesehatan

Baca juga: Calon ibu perlu memahami teknik menyusui yang tepat

Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2023